Mohon tunggu...
Ahmed Farid
Ahmed Farid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

Mahasiswa Fakultas HUKUM Universitas Mulawarman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Etika Dalam Membangun Kepercayaan Publik terhadap Sistem Hukum

15 November 2024   21:05 Diperbarui: 15 November 2024   21:05 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://salakanews.com/problematika-hukum-dalam-kerangka-nkri/gambar-ilustrasi-hukum-zillaw/


PENDAHULUAN

Kepercayaan publik terhadap sistem hukum merupakan salah satu elemen terpenting dalam menciptakan masyarakat yang adil, beradab, dan berperadaban. Sistem hukum yang berfungsi dengan baik tidak hanya bergantung pada peraturan yang tertulis, tetapi juga pada kepercayaan masyarakat terhadap institusi yang menjalankannya. Tanpa kepercayaan ini, masyarakat cenderung skeptis terhadap keadilan yang dijanjikan oleh sistem hukum, yang dapat mengakibatkan ketidakpatuhan terhadap hukum dan meningkatnya konflik sosial.

Di Indonesia, tantangan yang dihadapi sistem hukum sangat beragam. Kasus-kasus korupsi yang melibatkan pengacara dan penegak hukum, kurangnya transparansi dalam proses hukum, serta budaya patronase yang masih kuat menjadi beberapa faktor yang dapat merusak kepercayaan publik. Banyak masyarakat merasa bahwa sistem hukum lebih berpihak kepada mereka yang memiliki kekuasaan dan uang, sehingga menciptakan kesan bahwa keadilan tidak dapat diakses oleh semua kalangan. Dalam konteks ini, etika menjadi faktor kunci dalam membangun dan memelihara kepercayaan publik.

Etika, sebagai seperangkat norma dan nilai yang mengatur perilaku, memiliki peranan sentral dalam profesi hukum. Pengacara dan hakim, sebagai pemegang kekuasaan dalam penegakan hukum, diharapkan untuk tidak hanya mengikuti aturan hukum, tetapi juga menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika yang ada. Kode etik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat menegaskan pentingnya sikap jujur, tidak memihak, dan bertanggung jawab dalam menjalankan profesi hukum. Pelanggaran terhadap kode etik ini tidak hanya merugikan individu yang terlibat, tetapi juga dapat merusak citra keseluruhan sistem hukum di mata publik.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana penerapan etika dalam praktik hukum dapat meningkatkan kredibilitas institusi hukum serta kepercayaan masyarakat. Melalui kajian pustaka dan analisis terhadap regulasi yang relevan, artikel ini akan membahas berbagai dimensi etika yang berkontribusi pada pembentukan kepercayaan publik. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai pentingnya etika dalam menciptakan sistem hukum yang adil dan dapat dipercaya.

Dengan demikian, memahami peran etika dalam sistem hukum tidak hanya penting bagi para praktisi hukum, tetapi juga bagi masyarakat luas. Keberadaan etika yang kuat dalam praktik hukum dapat menjadi jaminan bahwa keadilan dapat diakses oleh semua orang, sekaligus membangun kepercayaan publik yang sangat dibutuhkan untuk menciptakan stabilitas sosial dan hukum.

PEMBAHASAN

1. Konsep Etika dalam Hukum

Etika dalam hukum mencakup seperangkat norma dan nilai yang mengatur perilaku para praktisi hukum. Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, setiap pengacara wajib mematuhi kode etik yang ditetapkan untuk menjaga integritas dan reputasi profesi. Pasal 5 menyatakan bahwa advokat harus bersikap jujur, tidak memihak, dan melayani kepentingan klien dengan sebaik-baiknya. Hal ini menunjukkan bahwa etika bukan hanya sekadar norma, tetapi juga bagian integral dari hukum itu sendiri.

2. Pengaruh Etika Terhadap Kepercayaan Publik

 Integritas Pengacara

Integritas pengacara sangat berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat. Ketika pengacara melanggar kode etik, hal ini dapat mengakibatkan keraguan publik terhadap sistem hukum. Sebuah survei oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menunjukkan bahwa 70% responden tidak percaya pada pengacara yang terlibat dalam praktik tidak etis. Ketidakpercayaan ini dapat memperburuk citra hukum secara keseluruhan.

 Transparansi Proses Hukum

Transparansi dalam proses hukum juga merupakan elemen penting dalam membangun kepercayaan. Ketika masyarakat melihat bahwa proses hukum berlangsung dengan adil dan terbuka, kepercayaan mereka terhadap sistem hukum akan meningkat. Misalnya, publikasi hasil sidang dan putusan pengadilan secara online dapat meningkatkan akuntabilitas dan kepercayaan.

3. Kode Etik dan Regulasi yang Mengatur

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003, kode etik pengacara mencakup beberapa aspek penting, antara lain:

Kepatuhan terhadap Hukum: Pengacara wajib mematuhi hukum yang berlaku.

Perlindungan terhadap Klien: Pengacara harus menjaga kerahasiaan dan kepentingan klien.

Larangan Konflik Kepentingan: Pengacara tidak boleh terlibat dalam kasus yang mengandung konflik kepentingan.

Penerapan kode etik ini sangat penting untuk menciptakan sistem hukum yang dapat dipercaya oleh masyarakat.

 

4. Studi Kasus: Penerapan Etika dalam Praktik Hukum

Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat kasus-kasus di mana pengacara atau penegak hukum terlibat dalam praktik tidak etis, seperti suap dan kolusi. Contohnya, kasus yang melibatkan pengacara yang menerima uang suap untuk mempengaruhi keputusan hakim. Kasus seperti ini tidak hanya merusak kepercayaan publik terhadap individu yang terlibat, tetapi juga merusak citra sistem hukum secara keseluruhan.

Sebaliknya, ada juga contoh positif di mana pengacara dan hakim menunjukkan integritas tinggi. Dalam kasus-kasus di mana putusan pengadilan didasarkan pada bukti yang kuat dan tanpa adanya tekanan dari pihak mana pun, kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum meningkat. Ini menunjukkan pentingnya etika dalam memastikan bahwa keadilan dapat ditegakkan.

5. Tantangan dan Solusi

Meskipun pentingnya etika dalam membangun kepercayaan publik tidak dapat dipungkiri, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi, antara lain:

Budaya Korupsi: Budaya korupsi yang masih melekat di banyak lembaga hukum dapat mengurangi kepercayaan publik.

Kurangnya Penegakan Hukum: Seringkali, pelanggaran terhadap kode etik tidak mendapatkan sanksi yang tegas.

Sebagai solusinya, diperlukan penegakan hukum yang lebih ketat terhadap pelanggaran etika, serta pelatihan dan pendidikan etika yang lebih baik untuk para praktisi hukum. Program-program sosialisasi mengenai pentingnya etika hukum juga perlu ditingkatkan.

SIMPULAN

Etika memiliki peran yang sangat penting dalam membangun kepercayaan publik terhadap sistem hukum. Penerapan prinsip-prinsip etika dalam praktik hukum tidak hanya meningkatkan integritas profesi, tetapi juga memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga hukum. Oleh karena itu, perlu adanya penegakan yang konsisten terhadap kode etik serta dukungan regulasi yang lebih baik untuk menciptakan sistem hukum yang adil dan terpercaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun