Padahal petir itu potensi energi listrik terbarukan, tapi karena terabaikan pemanfaatannya untuk kesejahteraan manusia akhirnya Depok tak lagi mempunyai predikat sebagai kota petir.
Mudah-mudahan 20 tahun lagi saya tidak menceritakan seperti itu, karena petir terganas di Depok sudah dalam penelitian untuk dialih-daya menjadi energi listrik. Kalau benar akan dijadikan energi yang berguna buat manusia, menurut Profesor Zoro, arus petir negatif di Depok berkekuatan 379,2 kA (kilo Ampere) dan petir positifnya mencapai 441,1 kA.
Mengutip Tribunnews, potensi energi sebesar itu terjadi di Depok karena daerah ini dipengaruhi angin regional dan angin lokal. Adapun angin regional datang dari lembah dan angin gunung dari Bukit Barisan. Sedangkan angin lokal datang dari angin darat dan angin laut Kepulauan Riau dan Selat Malaka. Gerakan angin itulah yang menyebabkan pembentukan awan petir dengan kerapatan dan sambaran petir sangat tinggi.
"Sambaran petir di Depok terjadi hampir sepanjang tahun. Yang tertinggi pada bulan Maret, April, dan Mei, atau pada musim hujan. Sambaran agak mereda di bulan Februari," kata Profesor Zoro.
Petir menggelegar ke bumi, biasanya tidak datang sendirian. Bersama petir, ada hujan deras dan angin kencang yang datang juga. Nah berarti kira-kira solusinya harus ditangani secara menyeluruh bukan hanya petir saja. Misal ingin mengubah tenaga petir menjadi listrik, maka perlu seperangkat alat yang bisa juga mengubah air hujan ke listrik serta angin untuk menggerakkanya.
Persoalannya: bagaimana cara menyimpan petir? Tentu kesulitan. Sampai saat ini ini saja, alat yang populer baru "penangkal petir". Penangkal petir semacam alat untuk menjinakkan tenaga dahsyat ledakan kilat. Alat ini sekadar meredam petir karena diteruskan ke tanah.
Sampai sejauh ini belum ada alat untuk mengubah petir ke listrik. Alasannya mengikuti sifat petir, ia hanya berupa kilat yang akan cepat menghilang. Lebih jauh, sebelum diubah jadi listrik, kilat petir sudah menghilang terlebih dahulu. Padahal, perubahan bentuk energi ke bentuk energi yang baru itu memerlukan waktu.
Bagaimana kalau perangkat untuk menangkapnya bukan berbentuk benda padat saja? Alasannya, petir itu salah satu energi yang biasanya datang bersamaan dengan energi hujan dan energi angin. Nah maka dari perlu satu wahana tempat menangkap petir di Depok.
Di wahana itu terdiri dari alat "penangkal petir" untuk menangkap kilat dan ledakannya. Lalu kolam air sebagai media sementara menyimpan petir yang sudah menjadi tenaga listrik. lalu ada hembusan angin dibantu turbin untuk menggerakkan air bercampur aliran listrik menjadi pusaran bertenaga.
Proses selanjutnya dinamakan Hygroelectricity. Yakni, mengubah air yang yang mengandung listrik statis menjadi tetesan atau uap untuk ditransfer ke pembangkit listrik. Dari pembangkit listrik inilah paket-paket tenaga listrik siap digunakan untuk kesejahteraan manusia.
Semoga 20 tahun kemudian saya tidak hanya sekadar bercerita ke anak cucu bahwa di Depok ada Pembangkit Listrik Tenaga Petir, tetapi juga ikut merasakan manfaat dari salah satu ciptaan Allah SWT tersebut. Amin.