"Depok memiliki petir yang paling ganas di dunia."
Prof. Dr. Ir. Dipl. Ing. Reynaldo Zoro (Profesor Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB)
Sumber: Tribunnews
Lahir dan besar di kawasan Pasar Minggu sampai saat ini, bagi saya suatu keberkahan tersendiri. Walau merupakan bagian dari Jakarta, Kecamatan Pasar Minggu masih terasa suasana kampungnya. Dari cuacanya yang bersahabat sampai ketersediaan buah-buahnya.
Suasana yang digambarkan di lirik lagu anak-anak "....pepaya, mangga, pisang, jambu" misalnya, saya rasakan benar adanya. Memang ada bedanya antara dulu dan sekarang, soal melimpahnya buah-buahan.
Dulu saya masih bisa menemukan pohon dukuh, pepaya, rambutan, pisang, jambu, dan buah lainnya di kebon tetangga rumah di Kelurahan Kebagusan, Pasar Minggu. Sekarang kebon sudah tidak ada apalagi pepohonannya, yang ada tukang pikul yang menjual buah-buahan keliling dari rumah ke rumah.
Begitu juga dengan cuacanya. Ketika panas terik, keringat di badan cepat hilang karena hembusan angin. Berbeda dengan utara atau barat Jakarta, panas dari siang bisa sampai malam karena tidak terurai oleh hembusan angin. Akibatnya, keringat terus-menerus lengket (Jawa:Â pliket) di badan.
Di kala hujan, pepohonan cepat menyerap genangan air sehingga tidak banjir, membuat air sumur tidak pernah kering, dan membuat buah-buahan tumbuh subur. Inilah yang bisa jadi membuat Pasar Minggu dulu terkenal sebagai daerah penghasil buah-buahan.
Kalau saja bertahan sampai sekarang, barangkali bisa disejajarkan karena ada hubungannya yaitu berdekatan antara Bogor sebagai kota penghasil hujan, Depok, sebagai kota penghasil petir, dan Pasar Minggu sebagai daerah penghasil buah-buahan.
Sekarang yang tersisa hanya Bogor yang dikenal sebagai Kota Hujan dan Depok yang memiliki petir yang paling ganas di dunia (Tribunnews, 9/05/2017). Sedangkan Pasar Minggu, hanya menyisahkan beberapa titik kebon yang tersebar di tujuh kelurahan Pasar Minggu sebagai penghasil buah-buahan.
Bukannya buah-buahan tidak mau lagi tumbuh subur di Pasar Minggu, tapi titik-titik perumahan makin lama makin menyerobot kebon lahan tumbuhnya pepohonan. Dampaknya, Pasar Minggu hilang potensinya sebagai daerah penghasil buah-buahan.
Di masa 20 tahun kemudian, bisa jadi saya hanya dapat menceritakan ke anak cucu bahwa Pasar Minggu dulu banyak kebon tempat bertumbuhnya tanaman buah-buah. Sebagai bumbu cerita, saya akan perdengarkan lagu anak-anak Pepaya mangga pisang jambu sebagai bukti dulu benar adanya.
Kota petir
Saya barangkali juga akan bercerita kalau 20 tahun yang lalu kota tetangga Pasar Minggu terkenal sebagai kawasan yang memiliki petir yang paling ganas di dunia. Disebabkan oleh perubahan iklim yang ekstrim, salah satu potensi sumber energi listrik juga ikut hilang begitu saja.