Mohon tunggu...
Ahmad Zulha Fikri
Ahmad Zulha Fikri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontestasi Pilkada Serentak di Era Pandemi dalam Persfektif Dramaturgi

15 November 2020   17:23 Diperbarui: 15 November 2020   17:27 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdapat dua konsep penting dalam Dramaturgi pertama adalah  Front Stage (panggung depan) bagian pertunjukkan yang berfungsi mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukkan. Di dalam front stage, seorang aktor hanya menampilkan sisi -- sisi terbaiknya dan menginginkan sesuatu berjalan dengan lancar.

Ada dua hal yang ditekankan oleh Goffman dalam front stage yakni, setting dan personal front. Setting menunjukkan tata cara. Dalam konteks pilkada di era pandemi banyak sekali cara yang dilakukan untuk kampanye salah satunya adalah dengan melalui kampanye digital. Salah satu calon yang melakukan kampanye digital ini adalah pasangan calon Wali kota dan Wakil Wali kota Solo yang di usung oleh Partai PDIP, Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa. Gibran memanfaatkan virtual box sebagai saran kampanye online. Hal ini memungkinkan Gibran untuk berekomunikasi jarak jauh dengan para masyaralat sehingga tidak  menimbulkan kerumunan. 

Kemudian Front Personal dibagi menjadi dua, yaitu penampilan yang terdiri dari berbagai jenis barang yang mengenalkan status sosial aktor, dan Gaya mengenalkan peran macam apa yang dimainkan aktor dalam situasi tertentu. Dalam konteks Gibran  ia menampilkan penamilan  dan gaya yang sederhana di hadapan masyarakat walaupun beliau adalah anak dari Peresiden Joko Widodo

Kemudian konsep yang kedua adalah Back Stage (panggung belakang) yaitu ruang dimana berjalannya skenario pertunjukan oleh "tim" (masyarakat rahasia yang mengatur pementasan masing-masing aktor) atau dalam bahasa lain di back stage karakter aktor yang asli ditunjukan. Dalam konteks pilkada serentak di Era pandemi kita tidak pernah tau kondisi dari calon kandidat kepala daaerah seperti apa, bisa jadi ada yang menerapkan protokol kesehatan covid-19 jika hanya sedang berkampanye saja untuk pencitraan dan ingin menunjukkan bahwa dirinya peduli terhadap kesehatan masyarakat padahal sifat aslinya mungkin tidak seperti itu.

Referensi 

Fitri, A. (2015). Dramaturgi: Pencitraan Prabowo Subianto di Media Sosial Twitter Menjelang Pemilihan Presiden 2014. Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(1), 101-108.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun