Mohon tunggu...
Ahmad Yudi S
Ahmad Yudi S Mohon Tunggu... Freelancer - #Ngopi-isme

Aku Melamun Maka Aku Ada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Narapidana dan Cerita yang Belum Selesai

23 Maret 2020   11:34 Diperbarui: 23 Maret 2020   13:28 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apakah layak cinta di bela dengan pembunuhan?" Jaksa melemparkan pertanyaan dalam sidang.

"Sebenarnya mereka korban yang berusaha membela diri. Jelas saksi ini adalah begal." Timpal seorang pengacara.

Ruang pengadilan di sesaki dengan adu argumen dan melempar ayat dan pasal. Tak cukup dalam sekali, sidang digelar hingga beberapa kali, sampai pada akhirnya sidang terakhir di gelar sebagai putusan final menurut hukum.

"Jelas sudah, seorang itu mati karena dibunuh. Dengan ketetapan hukum yang berlaku, dengan ini dinyatakan saudara di hukum mati. Tok tok tok!"

Ruang pengadilan riuh dengan putusan hakim. Di pojok ruang sidang, perempuan itu menitikkan air mata. Cinta yang telah mereka bangun kini mesti roboh dengan hukum. Begitulah hukum, ia yang menyatukan dan memisahkan sebuah cinta. Perempuan itu mendatangi kekasihnya yang segera akan menjalani hukuman mati. Lewat pelukan yang terakhir, kedua kekasih tersebut berpisah tanpa sepatah kata pun.

_____


"Kreetttt" suara pintu karatan digeser berat membuyarkan perjalanan membacanya. 

"Sudah waktunya. Saatnya mengakhiri cerita, Pak." ucap salah seorang sipir penjara. Wajah Napi itu tampak teduh, ada lara yang berusaha disembunyikan. Manuskrip cerita yang diberikan pengacaranya ternyata perjalanan kisahnya dari awal timbulnya kasus pembunuhan hingga hukuman mati yang akan mengakhirinya. 

"Cerita ini belum selesai, ia hanya klimaks. Klimaks." ucap Napi itu.

Para sipir mulai membawa Napi tersebut ke ruang eksekusi. Ruangan tersebut tampak sepi, namun dari kejauhan seperti ada yang mengintainya. Tubuh sang Napi di ikat pada sebuah tiang eksekusi. 

"Tunggu. Tolong berikan manuskrip cerita ini ke kekasih saya. Jika berkenan, ia boleh melanjutkan cerita itu, entah apakah dengan itu saya akan diingat sebagai kekasihnya atau sebagai narapidana." Titipnya. Sipir tersebut hanya mengangguk kecil dan menerima manuskrip tersebut kemudian pergi meninggalkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun