Beberapa jam kemudian bel sekolah berbunyi. Para siswa mulai berhamburan keluar meninggalkan sekolah. Dio mendatangiku dan membawaku ke tempat tersembunyi yang lokasinya tidak jauh dari sekolah, ke sebuah kostan yang kini terbengkalai.
"Ada apa?" tanyanya
"Aku hamil Dio!" bentakku.
"Apa!" Dio kaget.
Kamu harus bertanggung jawab atas ini!
Ekspresi Dio mulai tidak bersahabat, ada ketakutan dibaliknya. Dio mulai menarikku kedalam kamar kosong dan menutup mulutku dengan lakban lalu mengikatku.
Ia mulai mengulangi hal yang serupa seperti saat di gudang sekolah. Ia mulai menyiksa dan melampiaskan birahinya sebelum akhirnya menjadi malaikat pencabut nyawa.
Aku berusaha melawan namun sia-sia karena tali telah mengekang ruang gerakku, ditambah tangan-tangannya yang kuat menahanku.Â
Sebelum meregang nyawa, libidoku sempat terpuaskan oleh tindihannya. Ia menjadi beban penambah dosa sebelum maut datang menjemputku.
"Ahh.. Tobat, tobat.. Ahh.."
Tak habis pikir, Dio yang dikenal sebagai sosok yang taat beribadah ternyata bisa melakukan hal sebejad dan sekeji ini.Â