Mohon tunggu...
Ahmad Yudi S
Ahmad Yudi S Mohon Tunggu... Freelancer - #Ngopi-isme

Aku Melamun Maka Aku Ada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Membunuh

15 Agustus 2019   16:25 Diperbarui: 15 Agustus 2019   16:37 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa yang akan kamu lakukan!" bentakku.

"Sttt! Kalau kamu cinta sama aku, maka buktikan! Apakah kamu mencintaiku?" tanya Dio serius.

Tatapan mata itu kembali membuatku kalap, kalah dihadapannya. Kenapa mata itu selalu membiusku? Aghh dasar perempuan!

"Iya, aku cinta kamu, Dio" jawabku.

Dio tersenyum dan mengelus rambutku dengan lembut, kemudian menciumku dan secara halus meremas buah payudaraku. Sensasi aneh itu kembali datang, kenikmatan yang membuatku tidak bisa melawan.

Dio mulai melucuti celananya dan bawahanku kemudian membaringkan aku diatas tikar berdebu dan bau itu. Lalu ia mulai menindihku dan perlahan tarik ulur alat kelaminnya sehingga aku naik turun seperti papan luncur. Otot-otot payudara dan selangkanganku mulai menegang, mungkin dia pun begitu. Aku mendesah dan mulai berkeringat.

"Ahh.."

Aku sempat membaca Theory of Sex nya Sigmund Freud, dimana aku teringat bahwa kata Sayang dan Cinta memiliki makna yang berbeda. Menurut Freud, jika seseorang mengatakan sayang, berarti ia dapat menyayangi siapapun, entah itu orang tua, saudara, teman, bahkan binatang.

Sedangkan jika seseorang mengatakan cinta, berarti itu lebih dari sekedar sayang, itu merupakan wujud cinta pada pasangannya. Cinta yang dimaksud ialah kegiatan seksualitas bersama pasangan. Artinya, jika seseorang mengatakan cinta, berarti ia ingin melampiaskan birahinya bersama pasangannya.

Aku tak melawan sedikitpun dibawah cengkramannya. Dio bermain dengan semangat. Sampai-sampai wajahnya memerah seperti bayi baru lahir. Sesekali ia menampar pantatku, menghisap payudara, dan menjambak rambutku ke arah belakang. Mashokis! 

Keringatnya mulai mengalir dan berjatuhan diatas wajahku seperti hujan dengan aroma kejantanannya yang sangat menusuk. Sampai dipuncak erotisnya, ia mulai ereksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun