PADA
0/
Pada kayu-kayu yang merapuh
Dan jejak waktu
Serta bekas gincu
Di sudut bibirmu,
Pada pipi lelaki tua itu
Yang keriput
Pada denotasi hujan;
Di barisan Krakatau;
Dan, pada konotasi air terhadap dingin
Maka, makna cinta yang mana meskinya
kau pilih mengahantar nafas hidupmu
- di perjalanan
dan, di kekalnya derita ?
Ah !
- rasanya,
- tak perduli apakah, pada akhirnya;
apakah, kita menyerah atau kalah;
- meski hati berdebar ragu dan juga curiga;
khayalkah dirimu ?
1/
Jalan duka itu masih biru;
selaut ombak tangis angin di udara;
- sesingkat itukah, aku mendekap anganku;
padamu ?
Lantas, pergi tanpa suatu kesan,
Yang menggugah hangat simpatimu ?
tapi, selarut ini arang biji kopi
Dan, telah sirna;
Di dalam gelap langit malam
2/
Pada kayu-kayu yang merapuh
Dan jejak waktu
Serta bekas gincu
Di sudut bibirmu,
Pada pipi lelaki tua itu
Yang keriput
Pada denotasi hujan;
Di barisan Krakatau;
Dan, pada konotasi air terhadap dingin
Maka, makna cinta yang mana meskinya
kau pilih mengahantar nafas hidupmu
- di perjalanan
Dan, nyala lampu,
Yang tertinggal hanya kenangan
Yang membingkai imajinasi senyum;
cahaya mentari pagi
Suatu -
asa untuk esok pagi -
Dan cerita untuk kelak
tidur kembali.
- sesingkat itukah hidup ?
5/09/2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H