Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nawa-Cita yang Melunak: Menutup Lembaran Lama Rezim-Membuka Lembaran Baru Demokrasi

19 Agustus 2024   06:27 Diperbarui: 19 Agustus 2024   07:17 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membuka Lembaran Baru Demokrasi Bangsa


 NCD - 19/08/2024.   -  Transisi kepemimpinan, telah berlangsung dengan menandai berakhirnya masa jabatan seorang presiden dan dimulainya era kepemimpinan baru. Ada seben tuk semangat, untuk menekankan pentingnya regenerasi dan suksesi yang damai dalam demokrasi. 

Harapan seperti, pembaruan demokrasi dapat tercipta dan membuka peluang untuk mengevaluasi dan memperbaiki praktik demokrasi yang ada. Melahirkan, kesempatan untuk mengatasi tantangan dan kelemahan sistem sebelumnya. Juga, membuka harapan baru yang menciptakan optimisme dan harapan baru di kalangan masyarakat. Serta, peluang untuk mewujudkan aspirasi dan cita-cita yang belum tercapai.

Peralihan, transisi kepemimpinan, sebagai refleksi dan pembelajaran tentunya, merupakan momen untuk merefleksikan pencapaian dan kekurangan dari periode kepemimpinan sebelumnya. Untuk dapat, belajar dari pengalaman masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih baik. Agenda-agenda yang menuju pada penguatan institusi demokrasi.

Sehingga, dapat menciptakan sumberdaya, bagi kesempatan untuk memperkuat lembaga-lembaga demokrasi seperti parlemen, peradilan, dan media. Terutama, peningkatkan checks and balances dalam sistem pemerintahan. Sebagai, moda yang mewujudkan, Partisipasi Publik, dalam upaya mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam proses demokrasi. Dan, meningkatkan kesadaran politik dan tanggung jawab warga negara.

Masa, peralihan, ini menekankan pentingnya momen transisi dalam demokrasi sebagai kesempatan untuk pembaruan, refleksi, dan peningkatan. Ini bukan hanya tentang pergantian individu di pucuk pimpinan, tetapi juga tentang pembaruan semangat demokrasi dan harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi bangsa. 

Namun, realisasi dari harapan ini bergantung pada komitmen semua pihak - pemerintah, masyarakat sipil, dan warga negara - untuk bekerja sama dalam membangun demokrasi yang lebih kuat dan inklusif. Dan tentu saja, dalam rangka untuk dapat memaknai nilai sejarah kehidupan berbangsa.

Sejarah Politik: Interpretasi Revolusi Nawa-Cita & Kebudayaan Yang Melunak.


             Dalam perjalanan sejarah politik Indonesia, kita menyaksikan evolusi ideologi dan praktik yang mencerminkan dinamika global sekaligus keunikan lokal. Fenomena "pelunakan" ideologi dan kebudayaan menjadi tema sentral dalam narasi ini, yang dapat kita telusuri melalui beberapa aspek kunci.

Nawa Cita: Visi Indonesia.

                 Nawa Cita, sembilan agenda prioritas yang diusung oleh pemerintahan Joko Widodo, dapat dilihat sebagai bentuk "revolusi halus" dalam lanskap politik Indonesia. Program ini mencerminkan upaya untuk menyeimbangkan idealisme dengan pragmatisme, menggabungkan elemen-elemen nasionalisme, pembangunan ekonomi, dan reformasi sosial.

1. **Penguatan identitas nasional** sejalan dengan semangat "Indonesia Emas", namun dengan pendekatan yang lebih inklusif.
2. **Fokus pada pembangunan infrastruktur** mencerminkan adaptasi terhadap tuntutan ekonomi global.
3. **Pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi** menunjukkan kesadaran akan kritik "Indonesia Gagal" dan upaya untuk mengatasinya.

Pelunakan Ideologi: Dari Kaku ke Fleksibel

Fenomena "Demokratisasi Yang Melunak" yang kita saksikan di beberapa negara memiliki paralelnya dalam konteks Indonesia:

1. **Pragmatisme ekonomi**: Adopsi kebijakan ekonomi pasar sosial, mirip dengan reformasi di Tiongkok dan Vietnam.
2. **Keterbukaan politik**: Peningkatan ruang untuk partisipasi publik dan kritik, meski dalam batas-batas tertentu.
3. **Diplomasi yang lebih lentur**: Kebijakan luar negeri yang berusaha menyeimbangkan kepentingan nasional dengan kerjasama internasional.

Revolusi Budaya yang Halus.

Perubahan dalam sphere budaya dan sosial juga mencerminkan "pelunakan" ini:

1. **Reinterpretasi nilai-nilai tradisional**: Upaya untuk memaknai ulang konsep-konsep seperti gotong royong dalam konteks modern.
2. **Keterbukaan terhadap pengaruh global**: Adopsi selektif elemen-elemen budaya global sambil mempertahankan identitas nasional.
3. **Pergeseran narasi pembangunan**: Dari pendekatan top-down ke model yang lebih partisipatif dan inklusif.

Agenda politik yang digelar pada rezim pemerintahan dan kepemimpinan, Revolusioner, Nawa-Cita & implikasi akibat konsekuensi kebudayaan yang melunak, sejauh mana keberhasilan pemerintahan Indonesia atau; negara, menggambarkan sebuah perjalanan kompleksitas identitas diri dan ke-Indonesia-an dalam menavigasi tantangan abad ke-21. Ini mencerminkan upaya untuk menemukan jalan tengah antara idealisme revolusioner dengan pragmatisme pembangunan, antara ketegasan ideologis dengan fleksibilitas dalam menghadapi realitas global. Proses ini terus berlangsung, membentuk lanskap politik dan budaya Indonesia kontemporer. Meskipun, secara simpul ada banyak erosi nilai yang telah terjadi belakangan.


Erosi Nilai, & Penguatan Identitas Nasional:

Sebuah Kesimpulan Visioner.


Melalui pendekatan yang seimbang dan visioner ini, Indonesia dapat mengatasi tantangan modernisasi sambil memperkuat fondasi budaya dan identitas nasionalnya, menciptakan warisan yang akan bertahan untuk generasi mendatang.


Di era globalisasi dan digitalisasi yang pesat, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan nilai-nilai tradisional dan identitas nasionalnya. Namun, tantangan ini juga membuka peluang untuk merevitalisasi dan memperkuat fondasi budaya bangsa melalui pendekatan yang visioner dan adaptif. 

Dimana, integrasi nilai tradisional dan modernitas merupakan kunci utama adalah mencari keseimbangan antara pelestarian nilai-nilai luhur bangsa dengan adopsi aspek positif dari modernisasi. Ini bukan berarti menolak kemajuan, tetapi mengintegrasikannya secara harmonis dengan kearifan lokal. 

Misalnya, prinsip gotong royong dapat diaplikasikan dalam konteks ekonomi digital melalui platform crowdfunding untuk proyek-proyek sosial. Pada sektoral pendidikan lebih berbasis karakter dan budaya sebagai sistem pendidikan perlu direformasi untuk tidak hanya fokus pada pengetahuan akademis, tetapi juga pembentukan karakter yang berakar pada nilai-nilai Pancasila dan kearifan lokal. Kurikulum yang menggabungkan sejarah, seni, dan filsafat Indonesia dapat memperkuat pemahaman dan apresiasi terhadap identitas nasional.

Bagaimana dengan Kebudayaan?

Diplomasi Budaya dan Soft Power yang telah seharusnya menjadi sumberdaya aktif mendorong Indonesia untuk lebih aktif mempromosikan budayanya di kancah internasional. Ini bukan hanya sebagai strategi diplomasi, tetapi juga untuk memperkuat rasa bangga nasional. 

Festival film Indonesia, pameran seni, atau pertukaran budaya dapat menjadi sarana efektif untuk ini. Perihal, Inovasi dalam pelestarian budaya tentu dengan, memanfaatkan teknologi untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya. Misalnya, pengembangan aplikasi yang memperkenalkan ragam bahasa daerah, atau museum virtual yang memamerkan artefak sejarah Indonesia.

Halo ekonomi Indonesia?

Hal yang termasuk, sebagai poin dalam topik kesimpulan ini, yakni, dalam rangka pembenahan sektor ekonomi, dan juga dalam arti, yang memuat pengertian dari penguatan ekonomi kreatif berbasis budaya  yang dapat diterjemahkan sebagai, upaya mendorong industri kreatif yang mengangkat unsur-unsur budaya lokal, seperti fashion yang terinspirasi motif batik atau game yang mengadaptasi cerita rakyat Indonesia. Ini tidak hanya memperkuat identitas nasional tetapi juga menciptakan peluang ekonomi.

re-generasi nilai identitas?

Dialog Antar-Generasi, hal ini dapat memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan nilai antara generasi tua dan muda. Program mentoring, festival budaya lintas generasi, atau proyek dokumentasi sejarah lisan dapat menjembatani kesenjangan generasi dan mentransmisikan nilai-nilai penting. 

Sementara, dari segi Kebijakan Inklusif dan Multikulturalisme, perlunya upaya mengakui dan merayakan keberagaman Indonesia sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Kebijakan yang mendorong toleransi dan pemahaman antar-budaya akan memperkuat kohesi sosial dan identitas nasional yang inklusif.

Dan, di sampin itu beberapa hal juga termasuk:
Revitalisasi Ruang Publik, demi, menciptakan lebih banyak ruang publik yang mencerminkan identitas dan nilai-nilai Indonesia. Taman kota dengan elemen arsitektur tradisional atau pusat komunitas yang menampilkan seni lokal dapat menjadi tempat interaksi sosial yang memperkuat ikatan komunal.
Literasi Media dan Kritis, dengan meningkatkan kemampuan masyarakat, terutama generasi muda, dalam menyaring informasi dan pengaruh eksternal. Ini termasuk pendidikan tentang cara mengevaluasi sumber informasi, memahami bias media, dan berpikir kritis terhadap konten yang dikonsumsi. Keterampilan ini penting untuk mempertahankan nilai-nilai dan identitas nasional di era informasi yang sangat terbuka. 

Juga, Penguatan Institusi Budaya, yang memperkuat dan memodernisasi institusi-institusi budaya seperti museum, perpustakaan, dan pusat kesenian. Institusi ini harus menjadi tempat yang dinamis dan interaktif, yang tidak hanya melestarikan warisan budaya tetapi juga menginterpretasikannya dalam konteks kontemporer.

Pemberdayaan Komunitas Lokal.
Dengan, memberikan otonomi lebih besar kepada komunitas lokal dalam mengelola dan mengembangkan warisan budaya mereka. Program-program berbasis masyarakat yang mendorong pelestarian tradisi lokal sambil mengadaptasinya untuk kebutuhan modern dapat memperkuat identitas lokal dan nasional.
Diplomasi Digital.
Dengan, memanfaatkan platform digital dan media sosial untuk mempromosikan nilai-nilai dan budaya Indonesia ke audiens global. Kampanye digital yang kreatif dan menarik dapat membantu memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia dan memperkuat citra positif negara di mata dunia.
Penelitian dan Pengembangan Budaya.
Dalam rangka, untuk mendorong lebih banyak penelitian akademis tentang budaya dan identitas Indonesia. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan kebijakan yang lebih efektif dalam melestarikan dan mempromosikan warisan budaya.

Serta,

Integrasi Nilai-nilai Tradisional dalam Tata Kelola, yakni, enginkorporasikan prinsip-prinsip kearifan lokal ke dalam sistem pemerintahan dan kebijakan publik. Misalnya, konsep musyawarah dapat diperkuat dalam proses pengambilan keputusan politik.
Juga, menyoal Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan, dengan merancang strategi pariwisata yang tidak hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada pelestarian budaya dan lingkungan. Pariwisata berbasis komunitas yang mengedepankan autentisitas budaya lokal dapat menjadi model yang efektif.

Melanjutkan, apa yang telah dibangun di awal sebagai suatu konsepsi gagasan, dalam menjalankan roda pemeritntahan, formasi jabatan pemerintahan nasional di tingkatan pusat, dapat dengan segera mengambil langkah estafet, yang juga melihat bahwasannya, bahwa Nawa-cita bukan sekedar suatu visi, dan melainkan telah menjadi suatu fenomena situasi akibat dari perhelatan politik nasional dalam menjalankan demokrasi berbangsa, dan bernegara, tentu, dengan melalui pendekatan holistik dan visioner ini, Indonesia dapat mengatasi tantangan erosi nilai dan identitas nasional di era modern. 

Strategi ini tidak hanya bertujuan untuk mempertahankan warisan budaya, tetapi juga untuk mengadaptasinya secara kreatif ke dalam konteks kontemporer. Dengan menyeimbangkan penghormatan terhadap tradisi dengan keterbukaan terhadap inovasi, Indonesia dapat membangun identitas nasional yang kuat, dinamis, dan relevan untuk generasi mendatang. 

Pendekatan ini memerlukan komitmen jangka panjang dari berbagai pemangku kepentingan - pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, komunitas lokal, dan masyarakat sipil. Dengan visi yang jelas dan implementasi yang konsisten, Indonesia dapat menjadi model bagaimana sebuah negara dapat mempertahankan kekayaan budayanya sambil tetap maju di era global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun