Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bibir Ombak. 15/06/2024

15 Juni 2024   19:11 Diperbarui: 15 Juni 2024   19:17 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Bibir Ombak.

Suaramu membangunkan tidurku

melupakan mimpi yang tidak Indah

Yang membuat terjaga,

mata-naluri, mata simpati,

mata atensi,

mata-mata yang siaga. - mata sangsi,

mata yang amarah dan sepi.

Di sana ada, banyak hal tak dapat aku katakan

Di setiap tempat aku merasa takut dan

merasa sendiri, sehingga sunyi dan sepi menjadi teman yang menyatu

begitu hening tandas di balik keriuhan uforia tahun-demi tahun:

Meski aku tahu semua akan berlalu, sunyi sepi itu

terus membantu membuatku fokus dan:

menyadari setiap jengkal dari perjalanan

Yang limbung, tak jarang menjadi ling-lung.

Risau ini milik siapa?

Resah ini milik siapa?

Rindu ini pada apa?

Matiku, bagai matihari-kawanku bagai surya yang sendiri:

Dan, aku hanya langit dengan lampu bintang-bintang

Yang kemerlip, mungkin aku akan menjadi buta :

Terlampau sering melihat langit malam yang gelap.

Awe.

15/06/2024.

NAZARET

Hari itu, mungkin sebah batas telah dalang untuk datang. Aku menuju pantai, menghilangkan kegetiran. Mendengarkan bibir ombak bicara, seperti kata-kata dia menghempas tepi. Bagaimana, tubuhku berada di dalam, seorang anak perempuan apakah aku telah benar-benar menyalahi kodrat. Ketakutan, "akan kata-kata normal atau tidak normal. "

Angin menghembuskan dirinya mengusir air laut menuju tepi, di sana suara bibir pantai mendesah berkata-kata, "pulanglah!" kepada tuhan yang meridhoimu. " tapi, aku tetap merasa bingung ini risau milik siapa? ini resah milik siapa? Dia menuju singgahsana sehari sebelum maghligai bersanding pada sisi cinta, ini seperti angan yang memiliki kiasan metafora mata dalam zaharnya nazar. Yang mengingatkanku pada nazaret.

Awe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun