Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Emporium dan Motivasi Bahasa Kekuasaan dalam Etnosentrisme

3 Juni 2024   14:44 Diperbarui: 3 Juni 2024   14:45 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bahkan ketika kota-kota non-Barat mengadopsi istilah ini (Shanghai, Dubai), mereka tidak sepenuhnya lepas dari kerangka Barat. Mereka seolah berkata, "Kami juga bisa seperti 'mereka'."

Ironinya, semakin global "emporium" menjadi, semakin jelas etnosentrismenya. Di era Amazon dan Alibaba, debat berkisar pada "model digital mana yang akan mendominasi"---masih dalam paradigma kekuasaan.

Penolakan terhadap istilah ini (mis. gerakan "pasar tani") adalah bentuk perlawanan linguistik. Dengan sengaja menolak "emporium", mereka menantang tidak hanya model ekonomi tetapi juga hegemoni bahasa.

"Emporium", dengan demikian, adalah jendela bahasa yang unik ke dalam sejarah kekuasaan politik. Ia mengungkapkan bagaimana satu kata dapat membawa beban kolonial, menegaskan hierarki global, dan bahkan menjadi arena kontestasi budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun