Bahkan ketika kota-kota non-Barat mengadopsi istilah ini (Shanghai, Dubai), mereka tidak sepenuhnya lepas dari kerangka Barat. Mereka seolah berkata, "Kami juga bisa seperti 'mereka'."
Ironinya, semakin global "emporium" menjadi, semakin jelas etnosentrismenya. Di era Amazon dan Alibaba, debat berkisar pada "model digital mana yang akan mendominasi"---masih dalam paradigma kekuasaan.
Penolakan terhadap istilah ini (mis. gerakan "pasar tani") adalah bentuk perlawanan linguistik. Dengan sengaja menolak "emporium", mereka menantang tidak hanya model ekonomi tetapi juga hegemoni bahasa.
"Emporium", dengan demikian, adalah jendela bahasa yang unik ke dalam sejarah kekuasaan politik. Ia mengungkapkan bagaimana satu kata dapat membawa beban kolonial, menegaskan hierarki global, dan bahkan menjadi arena kontestasi budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H