Dan milad hari.
Dari langit kolbumu.
Lalu, kita melukis kata dalam ilusi tentang puisi.
Dan, katakan, bahwa, tangismu, telah berlalu.
Sebesit ekor bintang kejora ----
Dan, kita semestinya telah, jatuh cinta lagi, bagai pertama kali bertemu pandang.
Memeluk tawamu.
Lalu, larut malam, luruh karena,
rintik tawamu
Dan, kemudian hujan, di sini, tak akan lagi
pernah selesai.
Dan, laju darah dalam waktu yang singkat.
Kita memulai perjalanan yang terakhir, dengan segala sublimasi dari semua suasana yang ada.
Dan tajamnya, naluri mata batin yang buta bersama ledakan rohani gaza,
Di dalam jiwa yang puasa :
Dari, keputus-asaan tentang dunia.
Lagi,
Naomiku, sayang!
Sementara, santa-kata ini,
adalah sebuah perihal sedari dulu.