Pembicaraan tentang pemikiran Nasr tidaklah lengkap bila tanpa menyinggung pandangannya tentang kedudukan sains dalam islam. Dan bidang inilah yang semula menjadi keahlian profesionalnya. Semua gelar formal yang diperoleh di MIT dan Harvard berkenan dengan sejarah sains (islam) ini. Sejauh menyangkut bidang tersebut setidaknya ia menulis karya-karya penting:
Â
- Islam Science: An Illustrated Study (1976)
- Sciencce and Civilization in Islam (1967)
- Knowledge and The Sacred (1989)
Â
Secara historis, pada mulanya sains tradisional memang sudah berkembang jauh sebelum yunani, berbagai mazhab sains tradisional tersebut adalah india, china, banylonia, mesir dan seterusnya. Suatu prestasi yang luar biasa dicapai oleh para ilmuan muslim yang mampu menyerap berbagai sains tradisional tersebut, inilah yang sangat membedakanya dari segi capaian tingkat pengetahuan dari tradisional sains di barat. Islam mewarisi aspek-aspek tertentu dari warisan ilmiah dunia mediterania yang tidak sampai di tangan yunani, islam menyerap hampir sekuruh himpunan sains aeistotelian, termasuk berbagai karya-karya komentator Alexandira berikut satelit-satekitnya di pergamon dan segi esoteris sanis yunani yang berkaitan dengan pythagoreanisme dan hermetisme.
Â
      Menurut Nasr tidak seluruh sanis kuno sampai ke dunia barat kristen. Sabagian besar warisann Aristotelian, Hermetisisme dan pythagoreanisme belum diketahui di eropa hingga milenium kedua masehi. Karena itulah warisan sains barat dan sains islam tidak sama. Hanya saja fakta menunjukkan bahwa keduannya sama-sama mewarisi sains dari dunia yang sama berikut cara pandangnya terhadap konsep, hukum kausalitas, dan kosmologi umum yang diambil dari sumber-sumber serupa, meskipus mereka masing-masing mengembakan konsep warisan yang berbeda dan berlainan.[2]
Â
      Karena kriten dan islam termasuk rumpunan agama yang sama dalam mahzab monoteisme, maka sebelumnya pada mulu sains berkembang di barat kristen berada sepanjang garis yang sama dalam peradaban sains islam tradisional. Paralesisme ini terutama disebabkan oleh kesamaan metode, gagasan kosmologis dan filosofis tentang materi, gerak dan sebagainya serta tujuan sains-sains alam sebagai sarana untuk menemukan hikmah tuhan yang ada dalam sains islam. Hal ini terbukti di abad pertengahan muncul mazhab Chartes, Albertus Magnus, Robet Grossetetes, Roger Bacon, Raymond Lull dan seterusnya. Mengembangkan sains yang memiliki sifat, metode, dan lingkup yang sama dengan sains-sains di kalangan kaum muslimin.
Â
Corak Pemikiran Seyyed Hossein Nasr
Â