Â
      Pendidiikan yang dilaluinya di dua Universitas ini dan pertemuannya dengan Bertrand Russel telah mengubah haluan pendidikan dengan memilih philosopy and history of science dalam spesialis Islamic Science and Philosopy, sampai maraih gelar Ph.D. pada tahun 1958, dengan disertai berjudul Science and Civilzation in Islam. Spesialisasi tersebut memberi academic credential pada sayyed Hossein Nasr untuk berbicara tentang diskursus intelektual barat. Setelah itu kembali ke Iran dan mengajar di Universitas Teheran bersama beberapa tokoh terkemuka. Saat terjadi revolusi Iran pada 1979 dia masih menjabat sebagai direktur Imperial Iranian, academy of Philosofy (Khudori Sholeh, 2003: 37).
Â
      Popularitas yang dicapai oleh Seyyed Hossein Nasr menjadikannya orang muslim dan orang timur yang mendapat kesempatan untuk menyampaikan pidato dalam Gifford Lecture, sebuah forum sangat bergensi bagi kalangan teolog, filosof, dan saintis Amerika dan Eropa sejak didirikan pada tahun 1889 di Universitas Edinburg. Peristiwa yang terjadi pada tahun 1981 ini di gunakannya untuk menyajikan beberapa aspek kebenaran yang terletak dijantung tradisi-tradisi timur dan di jantung semua tradisi (Khudori sholeh, 2003: 382).
Â
      Berbagai prsentasi yang sangat tinggi dan menonjol yang telah dicapai oleh seyyed hossein nasr menghantarkannya untuk menjadi seorang profesor kajian islam di universitas George Washington D.C Amerika Serikat (Jane, 1995: 230).
Â
Â
Latar belakang Seyyed Hossein Nasr
Â
      Pendidikan tradisional yang didapat oleh Nasr telah membawanya untuk melihat dunia barat modern yang saat itu sangat menarik sekaligus mengancam. Ia memilih mempelajari sains, dan fisika karena menurutnya sains akan memenuhi keinginannya untk mengerti akan hakikat dari segala sesuatu yang dihadapinya, Nasr sendiri menulis: saaya tertarik dalam sains sejak masih muda sekali. Saya pikir melalui sains saya dapat mengungkap hakikat sesuatu; tetapi saya sadar bahwa pencapaian akan hakikat realitas sama sekali bukan menjadi pesan sains modern (Adnan Aslan. 2004: 22)