Titi    sepertinya     tidak   menyangka    kalau keadaanya jadi seperti ini, ia terdiam pasrah, memang semuanya tidak harus ditutup-tutupi, ia tidak menyangka kalau semuanya secepat ini, ia memeluk erat Rama pujaan hatinya seraya berkata
"aa maafin Titi, ..Titi ....".
"sudahlah sayang, justru saya bangga padamu, kamu anak yang sangat berbakti pada Ibu dan kedua Orang Tua angkatmu..?, meski jawaban Uwa' dan Bibi besok tidak sesuai dengan keinginan saya, saya akan selalu mencintaimu apapun yang terjadi, saya tida akan pernah melupakanmu, kamu selalu di hatiku"Â
Melihat keadaan seperti ini Ibunya Titi turut menangis, air matanya tidak kuasa lagi untuk dibendung.
"Nak Rama..., sebaiknya Ibu saja yang besok berkunjung ke rumah Uwa' dan Ibunya Titi"Â
"tidak Bu, izinkan rama saja yang bicara, Titi sudah seperti belahan jiwaku bu, apapun yang menjadi bebanya, juga adalah bebanku, jika memang harus berpisah demi kebaikannya saya siap Bu, dan saya Titipkan Titi pada Ibu, jangan biarkan airmatanya mengalir lagi. Tentang keadaan saya, Ibu tidak usah mencemaskannya, saya sungguh sudah beritikat baik dan dengan hati yang tulus untuk menikahi anak Ibu, bila memang tidak direstui oleh Orang Tua angkatnya, maka ini bukan berarti akhir dari segalanya, Rama akan menjaga cinta ini, sampai pada waktu yang telah digariskan oleh yang Kuasa"Â
Titi terus saja mengalirkan air matanya, ia tidak tau harus berbuat apa.
"Sayang..., kamu harus berjanji pada saya untuk menunaikan kewajibanmu pada Uwa' dan Bibimu, jikalau memang keputusanya memang harus begitu. Kalau kamu sudah siap, besok saya akan berkunjung ke rumah Uwa' dan Bibimu"Â
"iya Aa, tapi .... Kamu gimana?"Â
"saya akan baik-baik saja sayang..., saya janji tidak akan mengganggumu selama kamu menempuh pendidikan, saya akan selalu mendoakan kesuksesanmu..., toh kalau jodoh tidak akan kemana"Â
"aa..., terimakasih kamu sudah mengerti keadaan Titi.."Â