- Ahmad Yani menekan sirine sebagai tanda peresmian penggunaan Jembatan Ampera.
- Ahmad Yani meninggalkan Palembang menggunakan pesawat terbang lewat Talang Betutu.
Ada juga yang menyebutkan bahwa Ahmad Yani berada di Palembang sekitar pukul 10.00.
Pembuat narasi itu juga memuat keterangan sumber berupa artikel jurnal dan akun instagram Arsip Nasional Republik Indonesia (@arsipnasionalri).
Artikel jurnal yang dimaksud ialah tulisan berjudul “Eksistensi Jembatan Ampera terhadap Perkembangan Sosial, Budaya, dan Ekonomi Masyarakat Ulu Palembang Tahun 1950-2010” karya Habib Sholeh dan Dina Sri Nindiati.
Dalam artikel itu, Sholeh dan Nindiati sama sekali tidak menyebut nama Ahmad Yani dan tanggal 30 September 1965. Mengenai peresmian penggunaan Jembatan Ampera, dua penulis artikel itu merujuk ke buku karya Dedi Irwanto Muhammad Santun yang berjudul “Venesia dari Timur: Memaknai Produksi dan Reproduksi Simbolik Kota Palembang dari Kolonial sampai Pascakolonial”.
Bagi saya, bab 5 buku itu yang khusus mengupas tentang pembangunan Jembatan Ampera adalah tulisan paling lengkap dan bermutu tentang sejarah Jembatan Ampera.
Salah satu bagian dalam bab itu yang paling saya sukai ialah penggalan cerpen berjudul "Memotong Musi" yang digunting dari koran Obor Rakyat edisi Minggu, 15 September 1960. Mengisahkan perihal pertentangan kepentingan di antara masyarakat dari kelas yang berbeda terkait rencana pembangunan Jembatan Musi.