Mohon tunggu...
Ahmad Sobany
Ahmad Sobany Mohon Tunggu... -

Aku orang yang lurus-lurus aja...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dulkamid Mencari Tuhan: Dulkamid Pingin Melihat Tuhan

15 Oktober 2010   19:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:24 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

''Betul, pak Kiai.''

''Baiklah kalau begitu,'' ujar kiai shomad seraya memberi isyarat kepada para santrinya.

DUlkamid tergagap ketika beberapa orang santri kiai Shomad tiba-tiba mnengepung dan meringkuS dirinya. Sorban para Santri kini melilit di tangan dan kaki dulkamid. dulkamid berontak dan berteriak-teriak, tapi sia-sia. tiba-tiba, byurrrr......!!! Tubuh tua Dulkamid dilempar begitu seja ke tengah arus kali gung yang deras mengalir dengan tangan dan kaki terikat erat.

''Tulung, tulung! Tuluuuung....!! teriak Dulkamid. Tubuhnya hanya menggeliat-geliat tak berdaya terbawa arus yang deras.

''Percuma kamu teriak-teriak dulkamid! Di sini sepi. Hanya ada aku dan santri-santriku,'' teriak kiai Shomad yang mengikuti Dulkamid hanyut dari pinggiran kali gung. Sementara Dulkamid timbul tenggelam dalam dinginnya air kali gung di pagi hari. Tenaganya Segera terkuras habis. tubuhnya semakin lunglai. Teriiakannya parau.

Dulkamid pasrah. Ketakutan yang sangat datang menyergap. Tubuhnya seperti kapas yang terhempas-hempas tanpa daya. Di saat yang sangat kritis, di tengah keputus-asaannya, Dulkamid bergumam lirih, ''ya Allah tolonglah hamba-mu ini......!''

Dan tanpa dikomando lagi, dua orang santri melompat ke tengah sungai dan menarik tubuh lunglai Dulkamid ke pinggiran kali gung yang  tetap sunyi.

WARNING;

Dulkamid hanyalah tokoh fiktif rekaan penulis semata. Kesamaan nama, tempat dan peristiwa sungguh tanpa adanya unsur kesengajaan. Intisari cerita dari episode ini sebagian adalah rekaan penulis dan sebagian lain mengambil dari kitab-kitab klasik, dengan tanpa maksud tertentu kecuali untuk ziyadatul khoir dari Sebuah hikmah.  Karena kebodohan penulis saja sehingga judul kitabnya tidak bisa dituliS di sini. Mohon korekSi dari dari para alim dan ahli sekalian. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun