Mohon tunggu...
Ahmad Sobany
Ahmad Sobany Mohon Tunggu... -

Aku orang yang lurus-lurus aja...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dulkamid Mencari Tuhan: Dulkamid Pingin Melihat Tuhan

15 Oktober 2010   19:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:24 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ora enak mangan ora enak turu kyeh jakwire ente.  Pasalnya ada gamang dihatinya yang tak juga kunjung reda. Kelimpungan batin  Dulkamid memikirkan apakah betul Allah itu ada. Kalau benar ada, kenapa sampai setua ini dirinya belum sekali pun ketemu dengan Tuhannya? Pipi peotnya kemat-kemut sambil mbolak-mbalik badan di atas kasur. Malam itu dulkamid benar-benar resah karena merisaukan-Nya.

Siang tadi Dulkamid bertemu dengan seorang ilmuwan. Dalam pembicaraan singkat, teori yang diSampaikan ilmuwan yang katanya sudah lima puluh tahun lebih melakukan penelitian tentang sel dan susunan harmoni alam, mampu menggoyahkan keyakinan Dulkamid. Menurut teorinya, bahwa proses kejadian alam ini adalah terjadi dari Serangkaian peristiwa yang serba kebetulan. Materi yang masih dalam wujud atom-atom mengambang bebas kemudian menyusun dengan sendirinya menjadi tumbuhan, hewan, manuSia, planet-planet dan seluruh struktur berikut siStem kerja alam ini menjadi jagat semeSta. Tuhan? gak ada tuhan. itu hanya khayalan sekelpmpok manusia yang tengah berproses menghadapi kesulitan hidup.

"ah.....,'' desah Dulkamid resah. ''Aku harus bertemu dengan orang yang biSa mempertrmukan aku dengan Tuhan!'

Repet-repet, Dulkamid keluar rumah. Menyusuri tepian kali gung yang airnya tengah mengalir deras. Dihirupnya udara pagi yang segar. Embun di dedaunan nampak seperti buliran permata yang meneteS-netes. Irama air kali gung begitu damai. Dulkamid menikmati semua itu dengan hati yang galau. Benarkah semua ini hanya proSes alam semata, atau kah ada sang Maha Mengatur yang telah menciptakan Semua ini?

Dari arah berlawanan terlihat serombongan orang memakai pakaian serba putih. Di leher mereka maSing-masing melingkar sorban putih. mereka adalah Kiai Shomad dengan beberapa orang Santrinya. Tergopoh-gopoh, Dulkamid menghampiri mereka. "assalaamu alaikum, Pak Kiai!"

'Waalaikum salam,' jawab Kiai Shomad dengan para santrinya serempak.

'Pak Kiai, kulo nyuwun dipun paringi ilmu,' ujar Dulkamid seraya mencium tangan Kiai Shomad.

Kiai Shomad mengerutkan keningnya yang memang sudah berkerut karena dimakan usia. ''ilmu apa Mbah Dulkamid?''

'Pak Kiai, kulo mboten yakin menawi Allah puniko wonten wujude.'

Pak Kiai dan para santrinya terperanjat. 'Astaghfirullah.....,' gumam Kiai shomad.

'Pak Kiai, kulo mboten badhe percados Allah puniko wonten menawi kulo dereng ningali ngangge mripat kulo piyambaki"

''Mbah Dulkamid, banyak benda di dunia ini yang tidak biSa dilihat dengan mata manusia. Mata Sampeyan itu kemampuannya terbatas. Coba sampeyan lihat ke langit, di Sana ada milyaran benda yang Sesungguhnya ada tapi tak seorang pun biSa melihatnya karena jaraknya sangat jauh.

'Pak Kiai, tapi menawi ngagem pesawat ingkang canggih saged nyedaki  benda meniko.''

''Baiklah, kalau begitu. Mbah Dulkamid pasti sudah tahu, bahwa ada benda-benda yang tidak bisa dilihat mata karena bentuknya yang teramat kecil, namanya molekul.  Bahkan nukleus yang beSarnya seukuran dengan rambut dibelah satu juta bagian. Walau pun kiTa tidak bisa melihatnya karena bentuknya yang sangat kecil, tapi Mbah Dulkamid yakin kan kalau semua itu ada?'

'NggIh leres Pak Kiai. Nanging menawi ngagem mikroskop ingkang kuat sanget, saged mawon ketingal,' ujar Dulkamid ngeyel.

Pak kKai manggut-manggut seraya berpikir keras bagaimana cara meyakinkan kaki-kaki peot ini. Akhirnya beliau berujar lagi, ''Mbah, sampeyan percaya kan ada yang namanya gelombang baik gelombang radio, elektro magnetik mau pun listrik? Kita bisa merasakan kehadirannya, dan kita yakin bahwa semua itu ada walau pun mata kita tidak bisa melihatnya.'

'Kulo dereng  yakin, Pak Kiai. Amargi menawi gelombang-gelombang meniko taksih saged dirasakan keberadaannya. Sedangkan Allah sing jare wonten niku mboten saged dirasakan lan mboten saged dipun candak ngagem alat punopo mawon.''

Sejurus Kiai shomad hanya geleng-geleng kepala. lemudian katanya, ''Semua yang sudah aku sebutkan tadi adalah hanya mahluk. Kalau untuk melihat mahluk saja mata kita sangat terbatas, bagaimana mau bisa melihat Sang Penciptanya?'

Dulkamid hanya terdiam. Wajahnya nampak maSygul. Dalam batinnya bergejolak, ' Tuhan memang tidak ada. Kiai Shomad yang terkenal alim dan sangat menguasai agama saja tidak tahu cara untuk bertemu tuhan.

Akhirnya Kiai Shomad melanjutkan bicaranya kembali, 'Allah tidak terjangkau dengan apa pun yang dimiliki malhluk.''

''tapi, pak kiai.....'' Dulkamid terpotong kata-katanya. nampaknya ada keraguan untuk mengatakan sesuatu.

'Jadi benar Smpeyan mau melihat Tuhan?''

''Betul, pak Kiai.''

''Baiklah kalau begitu,'' ujar kiai shomad seraya memberi isyarat kepada para santrinya.

DUlkamid tergagap ketika beberapa orang santri kiai Shomad tiba-tiba mnengepung dan meringkuS dirinya. Sorban para Santri kini melilit di tangan dan kaki dulkamid. dulkamid berontak dan berteriak-teriak, tapi sia-sia. tiba-tiba, byurrrr......!!! Tubuh tua Dulkamid dilempar begitu seja ke tengah arus kali gung yang deras mengalir dengan tangan dan kaki terikat erat.

''Tulung, tulung! Tuluuuung....!! teriak Dulkamid. Tubuhnya hanya menggeliat-geliat tak berdaya terbawa arus yang deras.

''Percuma kamu teriak-teriak dulkamid! Di sini sepi. Hanya ada aku dan santri-santriku,'' teriak kiai Shomad yang mengikuti Dulkamid hanyut dari pinggiran kali gung. Sementara Dulkamid timbul tenggelam dalam dinginnya air kali gung di pagi hari. Tenaganya Segera terkuras habis. tubuhnya semakin lunglai. Teriiakannya parau.

Dulkamid pasrah. Ketakutan yang sangat datang menyergap. Tubuhnya seperti kapas yang terhempas-hempas tanpa daya. Di saat yang sangat kritis, di tengah keputus-asaannya, Dulkamid bergumam lirih, ''ya Allah tolonglah hamba-mu ini......!''

Dan tanpa dikomando lagi, dua orang santri melompat ke tengah sungai dan menarik tubuh lunglai Dulkamid ke pinggiran kali gung yang  tetap sunyi.

WARNING;

Dulkamid hanyalah tokoh fiktif rekaan penulis semata. Kesamaan nama, tempat dan peristiwa sungguh tanpa adanya unsur kesengajaan. Intisari cerita dari episode ini sebagian adalah rekaan penulis dan sebagian lain mengambil dari kitab-kitab klasik, dengan tanpa maksud tertentu kecuali untuk ziyadatul khoir dari Sebuah hikmah.  Karena kebodohan penulis saja sehingga judul kitabnya tidak bisa dituliS di sini. Mohon korekSi dari dari para alim dan ahli sekalian. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun