Akses terhadap teknologi pertanian modern dan modal usaha sering kali menjadi kendala bagi generasi muda. Mahalnya biaya peralatan dan rendahnya dukungan pemerintah dalam menyediakan subsidi teknologi membuat mereka enggan melanjutkan profesi sebagai petani. Â
5. Kurangnya Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Â
  Sistem pendidikan yang kurang menekankan pentingnya pertanian sebagai profesi strategis juga menjadi masalah. Pendidikan formal lebih banyak berfokus pada bidang lain seperti teknologi, bisnis, dan jasa, sehingga menurunkan minat anak muda untuk mempelajari keterampilan bertani. Â
Krisis regenerasi petani muda di Sukabumi membawa dampak jangka panjang bagi ketahanan pangan dan ekonomi lokal. Beberapa dampaknya meliputi:Â Â
1. Penurunan Produktivitas Pertanian
  Kekurangan tenaga kerja muda yang bersemangat dan adaptif terhadap teknologi modern berdampak pada rendahnya produktivitas pertanian. Usaha tani yang dijalankan oleh petani usia lanjut cenderung kurang inovatif dan lambat dalam mengadopsi teknologi baru. Â
2. Ancaman terhadap Ketahanan PanganÂ
  Jika regenerasi petani tidak segera diatasi, Kota Sukabumi berisiko menghadapi penurunan produksi pangan yang dapat memengaruhi ketahanan pangan lokal dan regional. Â
3. Kehilangan Tradisi dan Kearifan Lokal Â
  Generasi muda yang tidak tertarik pada pertanian berpotensi melupakan tradisi agraris dan kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun. Hal ini mengancam identitas budaya masyarakat agraris Sukabumi. Â
4. Peningkatan Pengangguran di Desa