Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Orang kampung di Kabupaten Bandung. Sehari-hari memenuhi kebutuhan harian keluarga. Beraktivitas sebagai guru honorer, editor and co-writer freelance, dan bergerak dalam literasi online melalui book reading and review.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pedahulu yang Saleh

9 November 2023   06:24 Diperbarui: 9 November 2023   06:32 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

UTSMAN bin Mazh'un adalah sahabat Nabi yang dikuburkan di Baqi, Madinah. Ayahnya bernama Mazh'un bin Wahab bin Hudzafah bin Jumuh Al-Quraisy. Sedangkan Ibunya ialah Suhailah binti Al-Anbas bin Ahban bin Khudzafah bin Jumuh.

Utsman memeluk Islam bersama seluruh keluarganya. Dia adalah orang ketigabelas yang masuk Islam dan rajin beribadah. Dia pernah meminta izin kepada Rasulullah saw untuk mengebiri dirinya, tetapi Rasulullah saw melarangnya. Sejak zaman jahiliah, Utsman dikenal tidak pernah minum-minuman keras.

Ketika di Madinah, Utsman ikut berperang di Badar bersama Rasulullah saw. Utsman meninggal dua setengah tahun setelah Hijrah ke Madinah. Nabi menguburkannya di Baqi dan memberi tanda di kuburan Utsman dengan batu. Nabi sering menziarahinya.

Utsman bin Mazh'un memeluk Islam awalnya karena rasa malu. Rasulullah saw berulang kali mengajak Utsman bin Mazh'un masuk Islam. Kemudian Utsman mengikrarkan keislamannya.

Salah seorang teman dekatnya, Walid bin Mughirah, pernah bertanya, "Mengapa engkau mengambil agama Muhammad?"

Utsman menjawab, "Aku ini masuk Islam karena malu. Rasulullah berulang kali mengajak aku untuk masuk Islam. Waktu itu, Islam belum ada dalam hatiku. Sampai suatu hari aku sedang bersama Rasulullah, tiba-tiba Rasul memandang ke langit. Seakan-akan beliau sedang memahami sesuatu. Setelah Rasul merenung, aku bertanya kepada Rasul tentang apa yang terjadi. Lalu Rasul menjawab, 'Allah menyuruh kamu untuk berbuat baik dan memberikan hak kepada keluargamu. Dan Allah melarang kamu dari keburukan dan kemungkaran' (QS Al-Nahl: 90)."

Dengan jawaban itu, Walid bin Mughirah, dapat memahaminya dan menganggap Utsman tidak sungguh-sungguh dalam memeluk Islam. Di depan Walid bin Mughirah, Utsman membacakan surah Al-Nahl ayat 90 dan Mughirah terpesona.

Mughirah berkata, "Sungguh dalam ayat-ayat itu ada kemanisannya. Di atasnya juga ada keindahannya. Pada puncaknya ada buahnya. Dan di bawahnya rimbun. Ini bukan ucapan manusia. Kalau itu ucapan Muhammad, alangkah bagusnya ucapan Muhammad itu. Dan kalau itu ucapan Tuhannya, alangkah bagusnya ucapan Tuhannya itu."

Setelah berikrar Islam, Utsman mendatangi paman Nabi, Abu Thalib, dan mengabarkan keislamannya. Abu Thalib memberi berkata, "Wahai Ahli Quraisy, ikuti Muhammad, nanti kamu mendapat petunjuk. Karena Muhammad tidak memerintah kecuali kepada akhlak yang mulia."

Kesetiaan Utsman bin Mazh'un kepada Allah dan Rasul-Nya lebih kuat daripada kesetiaannya kepada yang lain. Saat umat Islam dikejar-kejar, Utsman hijrah ke Habsy beserta seluruh keluarganya di bawah pimpinan Jafar bin Abu Thalib.

Sejarah mengisahkan, utusan Makkah yang bernana Amr bin Ash menyusul ke Habsyi dan meminta Utsman supaya kembali ke Makkah. Amr meminta kepada Raja Habsyi supaya tidak menerimanya dan mengembalikannya ke Makkah. Namun diplomasi Amr gagal karena Raja Habsyi melihat kebenaran dari ajaran yang disampaikan Jafar bin Abu Thalib. Karena itu, rombongan umat Islam berada dalam perlindungan Raja Habsyi.

Terdengarlah kabar bahwa Makkah tidak lagi menyiksa umat Islam. Berita itu disebarkan oleh orang-orang kafir Makkah menipu umat Islam yang hijrah ke Habsyi agar pulang ke Makkah. Utsman bin Mazh'un termasuk orang yang gembira dengan kabar tersebut. Dia disertai dengan beberapa keluarganya pulang ke Makkah. Sampai di Makkah, Utsman sadar dirinya telah ditipu karena penindasan masih berlangsung di Makkah. Orang-orang Islam masih dianiaya. Untuk terhindar dari penindasan orang-orang Makkah, Utsman mencari perlindungan kepada keluarga Al-Walid bin Mughirah, teman dekatnya.

Walid bin Mughirah memang dekat dengan Utsman. Meski bukan seorang pemeluk Islam, Walid bin Mughirah memberi perlindungan kepada Utsman bin Mazh'un. Perlindungan Mughirah membuat Utsman tidak diganggu oleh orang-orang kafir. Sedangkan orang-orang Islam yang lain menderita.

Suatu waktu kesadaran Utsman bin Mazh'un tergugah. Utsman menyaksikan saudara seagamanya ditindas, tetapi dia bersenang-senang di bawah perlindungan Walid bin Mughirah.

Utsman berkata sendiri, "Demi Allah, pagi dan soreku tenteram dalam perlindungan seseorang yang musyrik. Sedangkan sahabat-sahabatku dan teman seagamaku sekarang menderita barbagai kesulitan. Itu semua tidak menimpaku. Sungguh keadaanku ini adalah sebuah kekurangan yang besar, sebuah aib besar untuk diriku."

Kemudian Utsman menemui Walid bin Mughirah. Utsman berkata, "Wahai Aba Abdi Syam, sudah selesai sekarang perlindunganmu. Aku kembalikan perlindunganmu."

"Kenapa kau kembalikan perlindungan itu, hai anak saudaraku? Apakah ada seseorang dari kaumku yang menyakitimu?" tanya Walid heran.

"Tidak. Bukan karena itu, tetapi aku ingin memilih perlindungan Allah dan aku tidak ingin meminta perlindungan kepada selain Dia," jawab Utsman.

"Kalau begitu, berangkatlah kamu ke masjid dan umumkan terang-terangan bahwa kamu sudah menolak perlindunganku," pinta Walid.

Keduanya berangkat ke masjid. Walid kemudian mengumumkan, "Ini Utsman, dia menolak perlindunganku."

"Benar apa yang dia katakan dan dia sudah melindungi aku dengan sebaik-baiknya. Aku lebih senang untuk berlindung kepada Allah saja dan karena itu aku kembalikan perlindungan Walid," sambung Utsman.

Salah seorang tokoh Quraisy, Lubaib dari Bani Kilab langsung membacakan sebuah syair, "Sungguh segala sesuatu selain Allah itu akhirnya jadi batil."

"Kamu benar," kata Utsman.

Kemudian Lubaib meneruskan syairnya, "Semua nikmat akhirnya akan berakhir juga." Maksud Lubaib bahwa perlindungan Mughirah telah berakhir.

Utsman menjawab, "Kamu dusta. Kenikmatan surga tidak akan pernah berakhir."

"Hai Quraisy, lihatlah orang yang duduk bersama kalian ini! Dia termasuk orang-orang bodoh yang meninggalkan agama kita," ujar Lubaib sambil memukul telinga dan mata Utsman.

Utsman tidak melawan karena di sana telah bersiap-siap orang-orang musyrik Makkah untuk menyiksanya.

Walid bin Mughirah berkata, "Hai anak saudaraku, sekiranya mata kamu itu sehat; itu karena dulu kau berada pada perlindungan yang kokoh."

Utsman menjawab, "Demi Allah, mataku yang sehat ini sekarang iri dengan mata yang lain dalam membela agama Allah."

Saat Utsman selesai bicara, seseorang langsung memukul tepat pada matanya. Sambil menahan rasa sakit, Utsman bersyair, "Jika mataku karena mencari ridha Allah mendapat pukulan tangan ateis sesat. Allah Yang Maha Pengasih menggantinya dengan pahala. Siapa yang mendapat ridha Allah pasti bahagia."

Aisyah binti Abu Bakar menceritakan bahwa telah datang istri Utsman bin Mazh'un dalam keadaan lusuh. Aisyah bertanya, "Mengapa engkau demikian?"

"Suamiku puasa siang dan shalat malam terus menerus," jawabnya.

 Aisyah berjanji kepadanya untuk menyampaikan masalahnya kepada Rasulullah saw. Ketika Rasulullah saw di rumah, disampaikan masalah yang dihadapi keluarga Utsman bin Mazh'un.

Selanjutnya, Rasulullah saw menemui Utsman dan berkata, "Hai Utsman, kependetaan tidak diwajibkan atas kita. Tidakkah kamu mengambilku sebagai contoh? Demi Allah, aku paling takut kepada Allah, dan paling memelihara hukum-hukumnya."

Sehubungan dengan perilaku Utsman, turunlah surah Al-Maidah ayat 93, "Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu. Apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh; kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman; kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."

Sejak ditegur Rasulullah saw, Utsman menjadi sadar. Utsman tidak terus menerus beribadah. Utsman menyisakan hari-harinya untuk ibadah dan mengurus keluarga serta melayani kebutuhan istrinya.

Kesetiaannya kepada Allah dan Rasul-Nya membuat Utsman mendapatkan kedudukan tersendiri dibanding sahabat lainnya. Terbukti saat Rasulullah saw ditinggalkan putranya, yaitu Ibrahim yang meninggal saat masih kecil, Nabi mendampingkan kuburannya di samping kuburan Utsman bin Mazh'un. Rasulullah saw bersabda, "Kuburkan Ibrahim di dekat pendahulu kita yang saleh." *** (ahmad sahidin)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun