Mohon tunggu...
Ahmad Rivan Riyadi
Ahmad Rivan Riyadi Mohon Tunggu... Programmer - Mahasiswa - Universitas Mercubuana

Ahmad Rivan Riyadi - 415200010007 - Ilmu Komputer/Teknik Informatika - Universitas Mercubuana - Prof Dr Apollo, M.Si.Ak,CA,CIBV,CIBV, CIBG;

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Etika Jawa Kuna dan Sedulur Papat Lima Pancer dalam Jawa Kuna

16 Juli 2023   19:07 Diperbarui: 16 Juli 2023   20:29 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Sadulur" berarti saudara atau keluarga, sementara "Papat Lima Pancer" secara harfiah berarti empat lima tujuh. Istilah ini mengacu pada perincian hubungan kekerabatan dalam keluarga Jawa yang melibatkan empat generasi.

Secara lebih spesifik, "papat" merujuk pada empat generasi: kakek/nenek (generasi pertama), orang tua (generasi kedua), anak (generasi ketiga), dan cucu (generasi keempat). "Lima" mengacu pada jumlah saudara kandung atau  anak dari satu pasangan orang tua. "Pancer" berarti tujuh, yang menunjukkan jumlah anak atau generasi keempat dari satu pasangan orang tua.

Dalam konsep Sedulur papat Lima Pancer, penting untuk memahami dan menjaga hubungan kekerabatan di antara anggota keluarga yang terlibat dalam empat generasi tersebut. Hal ini mencakup saling menghormati, menyayangi, serta bertanggung jawab satu sama lain.

Istilah "Sadulur Papat Lima Pancer" menggambarkan pentingnya keluarga dan hubungan kekerabatan dalam budaya Jawa. Konsep ini menekankan pentingnya kebersamaan, gotong royong, dan rasa tanggung jawab terhadap anggota keluarga dalam menjaga keharmonisan dan kesejahteraan bersama.

Dalam prakteknya, Sadulur Papat Lima Pancer juga digunakan untuk merujuk pada kelompok sosial atau komunitas yang paling berkait dan bersatu dalam kehidupan sehari-hari. Anggota Sadulur Papat Lima Pancer dianggap memiliki kewajiban untuk saling membantu dan melindungi satu sama lain, mirip dengan bagaimana jari-jari tangan saling bekerja sama.

Sadulur Papat Lima Pancer adalah nilai yang sangat dihormati dalam budaya Jawa, menekankan pentingnya persaudaraan, persatuan, dan kerja sama dalam membangun masyarakat yang harmonis dan seimbang. Konsep ini mencerminkan prinsip dan nilai-nilai sosial yang kuat dalam budaya Jawa yang masih relevan hingga saat ini.

Sadulur Papat Lima Pancer adalah falsafah Jawa Kuna yang memliki makna spiritual teramat dalam. Dalam tradisi Jawa, siklus hari dalam kalender Jawa, yang dikenal "Pancawara" atau "Pasaran". Dalam konteks ini, empat arah mata angin dikaitkan dengan lima hari dalam siklus Pancawara, yaitu Wage, Kliwon, Legi, Pahing, dan Pon. 

1.) Utara (Wage) : Wage merupakan salah satu hari dalam siklus Pancawara. Wage dikaitkan dengan arah utara dalam metafora ini. Wage dianggap sebagai hari yang memiliki energi kuat, penuh kebijaksanaan, spiritualitas.

2.) Barat (Pon) : Pon adalah hari dalam siklus Pancawara yang dikaitkan dengan arah barat. Pon dianggap sebagai hari yang mewakili keberuntungan, kejayaan, dan kekayaan. Pon juga dikaitkan dengan kemakmuran dan kelimpahan.

3.) Timur (Legi) : Legi adalah hari dalam siklus  Pancawara yang dikaitkan dengan arah timur. Legi dianggap sebagai hari yang melambangkan pertumbuhan, keberanian, dan energi kehidupan. Legi juga dikaitkan dengan kekuatan dan semangat.

4.) Selatan (Pahing) : Pahing merupakan salah satu hari dalam siklus Pancawara. Pahing dikaitakn dengan arah selatan dalam metafora ini . Pahing dianggap sebagai hari yang melambangkan ketenangan, keseimbangan, dan kestabilan. Pahing juga dikaikan dengan kebijaksanaan dan harmoni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun