Mohon tunggu...
Cerpen

Kisah Kapten Baron

4 Februari 2017   23:36 Diperbarui: 4 Februari 2017   23:57 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“apakah kau siap Baron?, ini adalah sejarah. Ini adalah prinsip bajak laut. hidup di atas samudera, mati berkubur laut”.

“ini adalah kematian yang aku tunggu Khon. Laut cina selatan ini akan menjadi rumah terakhir yang telah aku pertahankan selama hidupku. Nyawaku yang hanya tinggal satu akan pergi diatas lautku. Dan itulah sebuah kehormatan terbesar”. Kapten baron mengarahkan ujung senapan ke kepalanya.

“peluruku yang tinggal satu-satunya ini  juga akan menjadi peluru yang terbaik didunia, karna telah merenggut nyawa tuannya yang hanya tinggal satu-satunya”.

Kapten Baron akhirnya melepaskan peluru tersebut dari sarangnya, dan peluru tersebut melaju kencang memecahkan tengkorak kepala kapten. Kapten baron pun jatuh lunglai tercebur ke dasar laut. Suara tembakan itu seperti tiada habisnya melontarkan bunyi kepedihan. Suara itu terdengar jelas oleh Didi yang sedang mengepel lantai kabin. Didi kaget, dan dengan sigap menyalakan senternya. Sangat tergesa sekali Didi berlari kearah haluan, dan tidak menemukan sosok kapten Baron di geladak utama. Didi menuju haluan dan menyenteri laut yang kini sudah tidak terang lagi, melainkan gelap sama sekali.

Angin behembus pelan. Menebarkan wangi perjuangan. Masih tidak ada tanda-tanda dari kapten. Didi masih menembakan cahaya dari senter yang ia namai Don ke arah laut. “apakah kau melihat kapten di bawah sana Don?”

“aku tidak dapat melihatnya Didi, barangkali cahayaku telah usang”

Kapal itu tidak berlayar sama sekali. Diam, padahal jangkar tidak turun. Didi menutup matanya lalu duduk bersandar pada pagar haluan.

“buka matamu Didi. Lihat! Ada belasan kapal pemerintah mendekat”.

“aku tahu”. Semuanya sunyi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun