Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sesajen, Adat Istiadat dan Toleransi

15 Januari 2022   22:34 Diperbarui: 15 Januari 2022   22:38 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai Itu Indah - tribunnews.com

Beberapa pekan terakhir, media sosial ramai memperbincangkan tentang seseorang yang berteriak Allah Akbar lalu menendang sesajen, di Kawasan gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur. 

Sesajen tersebut dianggap membuat Allah murka. Pertanyaannya, kenapa Allah seringkali dibawa untuk melakukan aktifitas tidak terpuji? Mungkin kita semua masih ingat apa yang dilakukan oleh FPI, organisasi yang telah dibubarkan oleh pemerintah. 

Dari pimpinan sampai anggotanya seringkali berteriak takbir sebelum melakukan tindakan intoleran. Pertanyaannya, apakah selama ini Islam mengajarkan tindakan intoleran?

Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dengan adat istiadat yang melekat dibelakangnya. Adat istiadat tersebut sudah ada, jauh sebelum agama-agama masuk ke negeri ini. Termasuk sesajen yang masih dilakukan oleh sebagian orang. 

Sesajen pada dasarnya merupakan simbol bentuk syukur atas berkah yang telah diberikan Tuhan. Di beberapa daerah ada juga yang mengenal sedekah bumi. Apakah cara ini menyalahi aturan?

Ketika Islam masuk ke tanah Jawa, Wali Songo tidak pernah mempersoalkan terkait sesajen ini. Para wali bahkan bisa melakukan akulturasi, antara nilai-nilai Islam dengan kejawen. 

Selametan kemudian berubah menjadi tahlilan atau yasinan, namun tetap dilakukan dengan cara membagi rezekin makanan berupa tumpeng atau berkat. 

Begitu juga dengan konteks sesajen, yang ditendang oleh seseorang di gunung semeru tersebut. Sesajen jelas bukan bentuk musrik, ini hanyalah tradisi secara turun temurun.

Pria tersebut sempat berkata "Inilah yang justru mengundang murka Allah, tanpa disadari". Lalu, dia mengucapkan kalimat "Allahhu Akbar" dan membuang serta menendang sesajen tersebut. Apa yang dilakukan oleh pria tersebut, jelas menciderai nilai-nilai toleransi yang selama ini sudah ada di negeri ini.

Mari kita saling menghargai dan menghormati kepercayaan, tradisi atau budaya dari masyarakat yang berbeda. Menghormati bukan berarti menyetujui bukan? 

Lalu, jika ada seseorang yang membawa Allah dalam melakukan perilaku tidak terpuji, jelas menyalahi Al Quran. Karena dalam Islam sendiri pun menganjurkan untuk saling menghargai dan menghormati. Bahkan Tuhan sengaja menciptakan keberagaman ini agar manusia saling mengerti dan mengenal satu dengan lainnya.

Dalam QS Al Anm : 108 dijelaskan, "Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas dan tanpa dasar pengetahuan. 

Demikianlah, kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan". Ayat diatas jelas menyatakan mencaci saja dilarang, apalagi menendang jelas tidak diperbolehkan.

Seperti kita tahu, banyak masyarakat suku tengger yang tinggal di area gunung semeru. Mereka umumnya beragama Hindu, dan seringkali melakukan ritual keagamaan dengan cara memberikan sesaji atau sesajen. 

Maka dari itu, aksi penendangan sesajen di gunung semeru tidak perlu ditiru, karena perilaku tersebut jelas salah. Jangan merasa paling benar. Jangan pula merasa orang lain sebagai pihak yang salah. Sebagai umat beragama, semestinya kita bisa saling menghargai. Sebagai makhluk sosial, semestinya kita bisa saling memahami dan menghormati satu sama lainnya. Salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun