Beberapa pekan terakhir, media sosial ramai memperbincangkan tentang seseorang yang berteriak Allah Akbar lalu menendang sesajen, di Kawasan gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur.Â
Sesajen tersebut dianggap membuat Allah murka. Pertanyaannya, kenapa Allah seringkali dibawa untuk melakukan aktifitas tidak terpuji? Mungkin kita semua masih ingat apa yang dilakukan oleh FPI, organisasi yang telah dibubarkan oleh pemerintah.Â
Dari pimpinan sampai anggotanya seringkali berteriak takbir sebelum melakukan tindakan intoleran. Pertanyaannya, apakah selama ini Islam mengajarkan tindakan intoleran?
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dengan adat istiadat yang melekat dibelakangnya. Adat istiadat tersebut sudah ada, jauh sebelum agama-agama masuk ke negeri ini. Termasuk sesajen yang masih dilakukan oleh sebagian orang.Â
Sesajen pada dasarnya merupakan simbol bentuk syukur atas berkah yang telah diberikan Tuhan. Di beberapa daerah ada juga yang mengenal sedekah bumi. Apakah cara ini menyalahi aturan?
Ketika Islam masuk ke tanah Jawa, Wali Songo tidak pernah mempersoalkan terkait sesajen ini. Para wali bahkan bisa melakukan akulturasi, antara nilai-nilai Islam dengan kejawen.Â
Selametan kemudian berubah menjadi tahlilan atau yasinan, namun tetap dilakukan dengan cara membagi rezekin makanan berupa tumpeng atau berkat.Â
Begitu juga dengan konteks sesajen, yang ditendang oleh seseorang di gunung semeru tersebut. Sesajen jelas bukan bentuk musrik, ini hanyalah tradisi secara turun temurun.
Pria tersebut sempat berkata "Inilah yang justru mengundang murka Allah, tanpa disadari". Lalu, dia mengucapkan kalimat "Allahhu Akbar" dan membuang serta menendang sesajen tersebut. Apa yang dilakukan oleh pria tersebut, jelas menciderai nilai-nilai toleransi yang selama ini sudah ada di negeri ini.