Masdan Rozani yang aktif di dunia pertunjukan rakyat seperti kesenian mamanda, umpamanya selalu menyisipkan semangat nasionalisme dalam setiap pementasannya. S.M. Darul sempat menuliskan kalimat bersayap dalam menyikapi perjuangan seperti tertuang dalam kalimatnya: "Cumbu remaja bukan masaku, putus kasih bukan niatku."Â
Terhadap kalimat tersebut salah seorang narasumber memberikan komentar bahwa S.M. Darul menuliskannya untuk ditujukan kepada seorang rekan pejuang yang dikaguminya. Maseri Matali yang selalu sederhana dalam setiap penampilannya sempat mencuatkan sajak Setitik Embun ke tingkat nasional hingga dikenali sekarang sebagai lagu seriosa dengan notasi dan komposisi musik oleh komponis Muchtar Embut.)
6. PEDOMAN POETRI (terbit Pertama tahun 1947 di Kandangan, sekretariat redaksi berkantor di jalan Parindra Kandangan. Majalah yang konsumennya secara khusus dialamatkan pada kaum wanita ini dipimpin oleh H. Rohajah Batoen (H. Rohayah Batun).Â
Sidang pengarang terdiri dari H. Rohajah Batoen dan Maserah, tata usahanya terdiri dari Siti Rupsinah dan Siti Maslara. Majalah Pedoman Poetri secara tersurat tidak memuat pernyataan politis yang secara bombastis menyerang kekuasaan NICA Belanda. Walau demikian, kandungan informasinya secara halus membangkitkan kesadaran dalam meningkatkan harkat dan derajat kaum wanita yang dilatari budaya Islam.
7. SULUH Â (Selain mengkhususkan diri pada kaum wanita, H. Rohajah juga memiliki kepedulian khusus tentang pendidikan anak-anak. Majalah SULUH yang dipimpinnya diterbitkan oleh TAMAN PENGETAHUAN dengan alamat Jalan Teluk Mesjid Kandangan Nomor 243 B dan dicetak di percetakan Typ SHS Kandangan. Isinya memuat ilmu pengetahuan yang porsinya disesuaikan dengan kreativitas dunia anak-anak berupa prosa dan puisi serta karya lainnya.)
8. MADJELIS ( terbit pertama tahun 1948 di Kandangan, Majalah ini terbit setiap tanggal 01 bulan Arab. Dibanding pendahulunya, MADJLIS tampil lebih apik karena sudah menggunakan alat percetakan modern. Menggunakan jasa Drukery "Sinar Hulu Sungai". Majalah ini dilatari kaum agamawan dan bernapaskan Islami.Â
Penerbitnya Majelis Ulama Islam Hulu Sungai dengan Mohammad Arsjad (Mohammad Arsyad) sebagai pemimpinnya. Isinya mengutamakan pembahasan ilmu agama dengan sumber Alquran dan Hadits serta kepustakaan Islam lainnya. Seperti halnya Pedoman Poetri, majalah ini tersamar dalam menyampaikan fatwa dan ulasan perjuangan.Â
Namun di mata yang jeli, tematis perjuangan selalu muncul di pokok bahasan pada setiap penerbitannya. Fatwa dan tinjauan itulah yang selanjutya dikonsumsi oleh para pejuang sebagai kekuatan batin dalam perjuangannya.
9. DJANTUNG INDONESIA (Â terbit dan muncul di Kandangan pada tahun 1949, memang sejak tahun 1945-1949 nyaris setiap saat bermunculan media massa di Kandangan tindakan penekanan dari pihak Kolonial Belanda yang memberangus kehidupan pers di kota ini tidak mampu mengikis habis keberadaan media massa yang tumbuh silih berganti, Edisi no.1 dari majalah ini sudah mulai disandung oleh alat kekuasaan NICA karena memuat cerita pendek tulisan Masdan Rasyifany (Masdan Rozhany) yang berjudul Gara-gara si Rambut Panjang di Munggu Raya.Â
Untuk itu Djantung Indonesia diancam akan dituntut ke pengadilan oleh pihak penguasa. Sandungan berikutnya terjadi ketika sajak Maseri Matali yang cukup "panas" terhalang masuk ke majalah ini. Artum Artha yang memimpin harian ini berupaya seoptimal mungkin namun oleh berbagai hambatan dan tantangan surat kabar ini tidak terbit lagi dalam mempertahankan kehadiran surat kabarnya.