Mohon tunggu...
Ahmad Raziqi
Ahmad Raziqi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peci Santri, Identitas Luhur Menyentuh Revolusi Industri 4.0

21 Oktober 2018   18:41 Diperbarui: 21 Oktober 2018   18:57 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi demikian menggiring masyarakat untuk memasuki era baru dalam kehidupan kemanusiaan terutama bidang manafuktur dan industri yaitu revolusi industri keempat atau disebut juga sebagai industri 4.0 (selanjutnya disingkat RI. 4.0). Revolusi industri 4.0 ini akan menjadi tantangan tersendiri kepada para santri dengan identitas luhur mereka yaitu pakai sarung, baju Koko dan peci. Merupakan stayle busana yang sudah secara turun temurun diajarkan oleh seorang kiyai.

Klaus Schwab sebagai pendiri sekaligus ketua forum ekonomi dunia mempertegas kondosi transformasi kehidupan manusia ke revolusi  industri 4.0, bahwa RI 4.0 ditandai dengan kemunculan superkomputer, robotika, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak (Schwab, 2016). 

Ini merupakan momentum besar bagi para santri, tanpa menghilangkan identitas luhur mereka melalui pesantren, santri harus mampu memiliki kemampuan yang lebih pada dimensi kehidupan RI 4.0 ini. Dengan identitas peci tentu menjadi keunikan tersendiri apabila para santri menguasai digitalisasi ekonomi, sosial, politik, informasi beserta budaya. 

Artinya, kecerdasan buatan (Artificial intelligence), big data, nano teknologi, komputasi quantum, seluruhnya ditujukan untuk kesejahteraan manusia. (Tjandrawinata, 2016) harus menjadi bahasan penting sistem pendidikan pesantren di era R.I. 4.0 ini.

Maka sangat benar santri harus bersikap kreatif dalam keterbatasannya di pondok pesantren terhadap banjirnya arus informasi. Identitas santri dengan staylenya perlu, untuk diapresiasi dan di fasilitasi di pondok pesantren. Artinya sistem ketat dan sangat tertutup terhadap internet di pesantren harus diatur ulang dengan memberikan fasilitas komputer yang tersambung terhadap internet. 

Akan tetapi, pengawasan dan pengaturan waktu yang tepat dan mengikat harus di atur oleh para kyai, para santri dalam RI. 4.0 saat ini harus di kontrol agar identitas luhur sarung, baju Koko dan peci tidak hanya dijadikan sebuah identitas, akan tetapi mampu melekat terhadap pola pikir santri. 

Para kyai harus pandai memberikan akses informasi akan tetapi harus pandai memfilterisasi akses informasi yang dimanfaatkan para santri guna menyongsong RI. 4.0 tanpa rasa minder santri dengan identitas luhur mereka.

Para santri di era RI 4.0 ini tidak hanya dituntut pandai dalam memberikan ceramah, akan tetapi harus mampu memberikan wujud transformasi nyata dalam kehidupan bermasyarakat nantinya. 

Dalam hal ini santri harus memiliki kesadaran akan dunia YouTube, sehingga dapat memanfaatkannya sebagai media dakwah Islam, para santri dituntut untuk bagaiman pandai berwirausaha dalam era e-commerce dengan menjadi tecnopreneur, para santri perlu paham dengan follower, santri harus paham tatacara memilah berita hoax, santri harus menguasai ilmu eksakta dan santri dengan identitasnya harus sanggup dan tidak gagap dalam dunia teknologi informasi dan komunikasi di era RI. 4.0.

Perlu menjadi kebanggaan tersendiri ketika salah satu pesantren melahirkan ahli robotika. Beberapa waktu lalu salah satu pondok Darul Ulum, Mojokerto yang menang kontes robot di Jepang (Robotic Training and Competitions). Robot sumo namanya, karena dirancang untuk memenangkan kompetisi "adu otot" melawan robot dari negara lain. (Khozin, 2018). 

Ataupun para santri Sidogiri Pasuruan, yang memiliki keahlian dalam karya tulis dan disain grafis nya dengan buletin terkenalnya "Sidogiri media" yang telah banyak ditemukan di berbagai penjuru Indonesia, mereka tetap tidak menghilangkan eksistensi santri dan pesantren dalam penyebaran dakwah nilai-nilai Islam, terbukti dalam acara pelatihan jurnalistik oleh crew Sidogiri media di berbagai tempat, mereka tetap nyaman dengan staylenya peci, Koko dan sarung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun