Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jasmerah: Dari Sudut Pandang Filosofis

9 Mei 2023   23:22 Diperbarui: 9 Mei 2023   23:25 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik Negeri kita tercinta, saat ini belum mampu menjami keutuhan cita-cita leluhur bangsa yang syarat akan keharmonisan. Karena konsepnya belum sepenuhnya berasal dari Dia Yang Maha Benar dan Maha Berkuasa. Maka dari itu Allah SWT berbicara pada ayat tadi, surat 3 ayat 83, agar Manusia hanya tunduk patuh kepadaNya.

Kita tahu bahwa apa yang diperjuangkan oleh para Nabi dan Rasul, sesungguhnya adalah suatu kebenaran Mutlak dariNya, yang kemudian diterapkan dalam bentuk suatu hukum (konstitusi). Para Teolog, sebut saja Anselmus (1033 - 1109) dan Agustinus (354 M - 430 M) , hanya mengasumsikan kebenaran Tuhan tersebut, mutlak cukup berada dalam nalar Manusia saja.

Argumen kedua teolog tersebut memang benar, tetapi Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an; surat. Al-Ma'idah (5) ayat 50 : "Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (Hukum) Allah bagi Orang-orang yang meyakini (Dien-Nya)?"

Kebenaran, jangan hanya berada didalam Nalar saja. Ia harus diberlakukan menjadi sebuah konstitusi. Inilah yang kami maksudkan diawal, bahwa dua komponen Kehidupan tersebut adalah Nalar dan Hukum. Tidak ada gunanya Kebenaran berada didalam nalar, tetapi hukum yang kita pakai untuk diterapkan dalam hal sosial bermasyarakat, adalah hukum hasil konsensus Manusia, yang bukan dari KuasaNya.

Kita masih ingat, pernyataan para intelektual anak-anak bangsa. Mereka berpendapat bahwasanya hukum yang menjadi tolak ukur undang-undang Negara Indonesia ini, merupakan hasil atau warisan daripada kaum penjajah.

Jelas saja, ini memang begitu mengejutkan. Karena kita yang dengan tegasnya dulu melalui teks-teks proklamasi kemerdekaan menyatakan kebebasannya, tetapi justru itu adalah sebuah awal dari Neo-kolonialisme. Karena hukum warisan penjajah, masih berlaku di Negara kita tercinta.

Bung Karno menyatakan. "Revolusi belum selesai..!!." Ya, itu sudah pasti. Fakta sosiologinya bisa kita saksikan dimana-mana. Kriminalisasi, lebih besar memperlihatkan konflik antar bangsa internal sendiri, dibanding konflik dengan eksternal.

Oleh karena itulah, statement "Jangan Sekali-kali melupakan sejarah," harus selalu ditanamkan dalam  kesadaran, lalu lekatkan itu menjadi karakter. Hanya dengan mengetahui sejarah-lah, kita pun mengetahui atau mengenal jati diri. Dan hanya dengan mempelajari sejarah-lah, kita bisa kembali, kepada konsep yang satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun