Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jasmerah: Dari Sudut Pandang Filosofis

9 Mei 2023   23:22 Diperbarui: 9 Mei 2023   23:25 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbuatan yang serupa juga dipikirkan oleh seorang Van-De Venter dulu, ketika dirinya masih berusia cukup muda. Analisanya sama seperti halnya Pieter. Ia melihat banyaknya ketidak-adilan berupa penjajahan di tanah air, tanpa adanya sedikit upaya perbaikan dari pemerintah koloni Hindia Belanda.

Kakek-nenek moyang kita dahulu melalui program-program kerja paksa, tanam paksa, menjadikan mereka alat untuk membuat apa yang diinginkan para pemerintah kolonial, dipenuhi secara biologis maupun berupa infrastruktur.

Kita dapat menyaksikan dengan mudahnya saat ini. Kastil-kastil, jalan raya umum, benteng-benteng, lorong, goa, dan banyak lagi peninggalan-peninggalan bangunan lainnya. Ada juga rel kereta api, tugu, dan semacamnya.

Van-De Venter menulis banyak esai, serta tajuk-tajuk harian untuk menciptakan satire kepada elite penjajah, akan perbuatan yang mereka lakukan atas rakyat atau kakek-nenek moyang kita dahulu. Menurutnya, perbuatan kaum penjajah begitu sangat keterlaluan. Ibarat Domba yang hanya diperbudak, tetapi kebutuhan makanan serta kesehatannya, betul-betul diabaikan.

Pengetahuan ini akhirnya sampai kepada pemerintahan di Eropa. Ratu wilhelmina yang pada akhirnya mengetahui, kemudian membuat suatu rumusan terkait hal ini. Disitulah, itikad baik kaum penjajah mulai berlaku dan diberlakukan, yakni suatu tindakan "Etis" atau balas budi untuk masyarakat pribumi.

****

Asbabun Nuzul suatu penjajahan (Kolonialisme) dalam tanah air itu sendiri, tidak lepas dari suatu rumusan kesepakatan elite-elite pelakunya. Freemansory pada abad ke-17; yaitu suatu forum atau organisasi perkumpulan elite penguasa di Eropa kala itu, membuat satu perjanjian dalam rangka me-monopoli suatu Negeri.

Incaran mereka, adalah Negeri yang dulu diasumsikan kemudian diadakan aktualisasi pen-surveian; memiliki tanahnya yang subur, luas, dan yang paling penting kita headline adalah; "Mayoritas penduduknya yang bodoh."

Para elite penjajah, tentu saja bahagia serta merasa senang mengetahui fakta ini. Karena itulah yang pada akhirnya menjadi sebuah kesempatan untuk memperluas wilayah kekuasaan, atau bahkan secara perekonomian Negara domisilinya.

Dari situ, dimulailah suatu penjelajahan diantara mereka ke berbagai penjuru Negeri-negeri di belahan Dunia. Pada akhirnya, mereka pun tiba pada destinasi wilayah yang merupakan tujuannya. Kedatangan mereka awal mula memang baik, hanya dalam maksud menawarkan sebuah aliansi kerjasama antar pihak saja.

Orang-orang pribumi pun, menyambut kedatangan bangsa asing tersebut dengan gembiranya. Tetapi lama-kelamaan, kecerdasan mereka mulai mengambil sebuah peran. Dan, peran ini adalah taktik untuk mulai berkuasa. Perbuatan seperi manipulasi, atau bahkan "adu domba" lebih tepatnya, lantas marak terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun