Mohon tunggu...
Ahmad Muttaqillah
Ahmad Muttaqillah Mohon Tunggu... Dosen - Berjuanglah menuju persatuan dan kesatuan

Praktisi Pendidikan MP UIN Jakarta Dosen Luar Biasa UMJ/UIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cuaca di Negeri Paman Sam

15 November 2021   16:56 Diperbarui: 15 November 2021   17:43 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dialog firman dengan Nisa mengenai pengalamannya di Amerika Serikat, ketika Firman melawat pada akhir Januari 2019.

Nisa     : "Katanya kamu pergi ke luar negeri?"

Firman : "Ya, sih."

Nisa     : "Kapan, Fir?"

Firman : "Ya, Akhir Januari 2019."

Nisa     : "Ke Negara mana?"

Firman : "Amerika Serikat."

Nisa     : "Terus kamu berkunjung ke daerah mana saja?"

Firman : "Ke Pantai Timur AS saja, gak ke mana-mana."

Nisa     : "Oh, ya. Bagaimana keadaan di sana?"

Firman : "Suasana di sana benar-benar diserang cuaca dingin."

Nisa     : "Berapa derajat dinginnnya, Fir?"

Firman : "Waduh, Nis.  Dinginnya antara  minus 31 derajat celsius sampai dengan minus 46      derajat celcius, lebih dingin daripada Kutub Utara!"

Nisa     : "Kutub Utara lebih dingin, dong, Fir?"

Firman : "Justru tidak. Malah dinginnya Kutub Utara minus 30 derajat Celsius pada saat itu."

Nisa     : "Dalam keadaan cuaca buruk begitu, ada masalah tidak di negeri itu?

Firman : "Ada Nis, Ribuan jalur penerbangan dihentikan. Banyak sekali orang yang meninggal dunia. Ada salah satu mahasiswa di Ilinois meninggal dunia di sebuah ruang kampus universitas. Di samping itu ada tunawisma yang terenggut nyawanya. Di berbagai tempat akibat cuaca itu banyak yang meninggal dunia lebih dari 80 orang meninggal terjebak dingin di area-area terbuka, di antara mereka beberapa tunawisma."

Nisa     : "Aku merinding mendengarnya, Fir. Dalam keadaan seperti itu apa yang mereka lakukan, Fir?"

Firman : "Ya, setiap orang harus berhati-hati dalam menhadapi cuaca dingin baik di luar maupun di dalam rumah. Tangan dan kaki harus tertutup rapat."

Nisa     : Bagaiman dengan kamu sebagai orang Indonesia dan orang-orang Asia?"

Firman : "Bagi orang Indonesia dan Asia pada umumnya harus memakai sarung tangan yang cukup tebal. Begitu pula kaus kaki yang tebal pula."

Nisa     : "Lalu kebanyakan orang lokal mungkin sudah biasa. Mereka lebih mudah mengatasi masalah itu, dong Fir?"

Firman : "Ya, bagi orang lokal tentu saja cuaca semacam itu tidak segagap orang yang berada di daerah tropis. Ketika di ruang kantor pada umumnya mereka pekerja setempat cukup dengan pemanas ruangan. Namun bagi orang luar Amerika masih tetap dingin. Ada seorang watawan VOA[1] dari luar Amerika, ia mengaku masih menggunakan penghangat pada telapak kaki agar tidak menggigil di kantornya."

 

Nisa    : "Sebenarnya kapan sih, cuaca dingin terjadi di sana, Fir? Saya masih ingin mendengar ceritamu lebih panjang."

 

Firman : "Baik, Nis. Aku lanjutkan ceritanya. Sore itu tanggal 31 Januari 2019 Waktu Amerika Serikat sangat dingin, tepat pukul pukul 17.30, sedangkan di Indonesia kira-kira pukul 06.30. Tak dapat dibayangkan memang cuaca ekstrim semacam itu. Pemandangan di Niagara, salah satu air terjun terkenal di AS tampak seperti di dalam ruangan pendingin. Sebagian besar di sekelilingnya adalah es. Saya berbicara dengan salah seorang turis yang berada disitu mengatakan bahwa Niagara adalah memiliki kecantikan yang berbeda saat ini."

 

Nisa     : "Tadi kamu bilang jalur penerbangan dihentikan. Apa benar begitu?"

 

Firman : "Betul, Nis.  Bandara-bandara di wilayah itu sangat sepi. Beberapa pekerja mencoba memanaskan mesin pesawat terbang, namun bunyinya tidak stabil. Akhirnya mesin pun dimatikan. Taka da jalur penerbangan saat itu dikarenakan cuaca dingin yang sangat ekstrim."

 

Nisa     : "Geliat perekonomian di Negara Paman Sam itu stabil?"

 

Firman : "Perekenomian di Washington DC pun terpukul akibat cuaca ekstrim itu. Toko-toko dan pasar-pasar awalayan semua tutup untuk sementara waktu. Nilai dolar pun begitu tertekan. Seluruh sentra-sentra perekonomian seperti industry-industri penggerak ekonomi pun ditutup."

 

Nisa     : Anehnya cuaca dingin itu berada di bawah dinginnya Kutub Utara. Bagaimana menurut pendapatmu dan para ahli cuaca?"

 

Firman : "Pendapatku sih, itu sudah takdir Allah karena disebabkan oleh manusianya jiuga. Begitu juga pendapat para ahli, merek menyatakan bahwa cuaca  yang tak menentu itu terjadi akibat pemanasan global."

 

Nisa     : "Menurutku, peristiwa ini merupakan pukulan berat bagi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. karena, ketika bangsa-bangsa di dunia berupaya melakukan kesepakatan untuk mengurangi pemanasan global, ia keluar dari kesepakatan bersama itu."

 

Firman  : "Betul, Nis, pendapatmu, memang cuaca dingin ekstrim tak lepas dari akibat pemanasan global di muka bumi sehingga cuaca tak menentu terjadi di setiap wilayah di dunia, termasuk akhir-akhir ini di Amerika Serikat. Ya, setidaknya ini menjadi pukulan berat bagi Dpnald Trum. Semoga dia insyaf."

 

Jakarta 01 Februari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun