Dan termasuk juga sikap amat ingin mengarabkan bahasa Indonesia. Sehingga mereka begitu suka pakai istilah-istilah yang rada kearab-araban. Banyak istilah kearaban yang mulai banyak dipakai orang, misalnya : ana, antum, akhi, ukthi, ikhwan, akhwat, syafakallah, syukran, afwan dan seterusnya.
   Lalu dimana masalahnya?. Pertama, tidak mentang-mentang kita ingin menghidupkan bahasa Arab, lantas kita mengganti semua kosa kata dan istilah dalam bahasa Indonesia menjadi bahasa Arab.
   Arab percakapan dengan bahasa yang fushah, sehingga ketika berbicara memang 100% berbahasa
Arab.
   Tetapi janganlah bahasa Indonesia dipaksa-paksakan untuk dijejali dengan istilah bahasa Arab, sehingga orang Indonesia tidak paham dan orang Arabnya pun juga tidak paham.
Indonesia dengan bahasa yang dianggap sebagai bahasa Arab.
Kedua, jangan pula berpikir bahwa sekedar bisa menyebutkan istilah-istilah dari bahasa Arab, lantas kita sudah dianggap menghidupkan bahasa Arab. Cara-cara yang semacam itu sama sekali tidak memperkuat agama Islam.
   Kalau mau memperkuat agama Islam lewat memasyarakatkan bahasa Arab, seharusnya kita belajar Arab betulan, sehingga kita bisa baca kitab berbahasa Arab dengan baik dan benar, juga paham ketika orang Arab berceramah. Selain itu juga harus diasah kemampuan kita untuk bisa berpidato pakai bahasa Arab, selain juga bisa menulis buku dan kitab dengan bahasa Arab.
   Tetapi dia sudah terlanjur keliru dan salah kaprah dalam berbahasa, sehingga mengira kalau bahasa Arabnya laki-laki itu ikhwan itu dan bahasa Arabnya perempuan itu akhwat.
Pasalnya, di komunitasnya, setiap ada penyebutan laki dan perempuan, selalu digunakan istilah ikhwan dan akhwat.
• Dangkal Ilmu