Mohon tunggu...
Ahmad Murtajib
Ahmad Murtajib Mohon Tunggu... -

orang biasa, orang desa, tinggal di desa, berfikir ndesa, beralamat di Kebumen, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kelangkaan Pupuk dan Peran Wartawan

29 November 2008   11:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:24 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pupuk lain?" Suja bertanya. "Maksudmu pupuk lain selain pupuk-pupuk yang kita selama ini gunakan?"

"Ya, memang pupuk lain. Tapi sejatinya bukan pupuk lain, karena orang tua di kampung kita juga menggunakannya, dulu. Mungkin sampeyan tidak mengalami masa-masa itu. Aku yang makin tua ini mengalaminya, ketika orang tua kita di kampung ini menggunakan pupuk yang dibuat sendiri, dari kotoran hewan-hewan yang ada di kampung kita, juga dari sampah, dan abu (bekas kayu bakar). Kini dengan bahasa yang canggih, juga dengan teknologi yang lebih canggih, orang menyebutnya pupuk organik. Inilah pupuk lain,  yang kita lupakan. Dan karena kita telah melupakannya, maka ketika ada kelangkaan pupuk-pupuk kimia itu, kita menjadi klabakan semua."

Suja mengangguk-anggukan kepala. Yang lain melakukan hal yang sama. "Karena itulah sampeyan mengatakan bahwa berita di koran ini sudah basi?" tanya suja.

"Ya,'" jawab sikun, "Aku baru tertarik membaca berita jika bukan berita semacam itu. Misalnya, berita tetang 'harga pupuk turun drastis memasuki musin  tanam', 'harga gabah naik sangat tinggi tahun ini', atau 'penjual pupuk gulung tikar karena petani bikin pupuk sendiri'. Menurutku itu baru berita aktual, dan aku akan membacanya."

"Maaf kang,'" seseorang bertanya lagi, "aktual itu apa maksudnya?"

Sikun menatap orang itu, sambil mesam-mesem. "Ah, sampeyan lagi, aktual gak ngerti. Makanya jangan baca koran yang beritanya melulu begitu dari tahun ke tahun, baca koran yang beritanya tentang 'penjual pupuk gulung tikar karena petani membuat pupuk sendiri'."

"Memangnya koran yang beritanya seperti itu, belinya dimana, kang?" tanya Suja.

Mendengar pertanyaan itu, Sikun tertawa., "Ha ha h aha... Sampeyan saja yang suka baca koran gak ngerti, apalagi aku yang gak pernah membacanya. Coba saja tanya sama wartawan, apa mereka ngerti ya koran yang beritanya tentang 'kelebihan pupuk saat musim panen' atau 'penjual pupuk gulung tikar karena petani bikin pupuk sendiri?'"

"Ah," seseorang diantara mereka nyeletuk, "jangan-jangan wartawan  itu bodoh, ya kang?"

"Maksudmu?" tanya sikun.

"Kalau mereka pintar," kata orang itu, "pasti menulis berita berita semacam 'kelebihan pupuk saat musim tanam'."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun