Mohon tunggu...
Ahmad Mukhlish
Ahmad Mukhlish Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi traveling, play game, kuliner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Integrasi Tasawuf dengan Syariah

30 Desember 2023   18:15 Diperbarui: 30 Desember 2023   22:19 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

                Salat menurut bahasa berarti doa. Dalam masyarakat jahiliah, salat diwujudkan dalam bentuk komunikasi dengan para dewa melalui pembacaan mantra, bersiul, dan bertepuk tangan sebagaimana disebutkan pada Q.S. Al-Anfal [8]: 35 yang artinya berbunyi, "Salat mereka di sekitar Baitullah tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan. Maka, rasakanlah azab ini karena kamu selalu kufur." Sementara itu, salat menurut istilah adalah ibadah khusus yang terdiri dari bacaan dan gerakan yang dimulai dengan takbiratulihram dan ditutup dengan ucapan salam.

                Salat memiliki dua dimensi, dimensi lahir dan dimensi batin. Dimensi lahir salat adalah salat dalam wawasan fikih, sedangkan dimensi batin salat adalah salat dalam wawasan tasawuf. Salat dalam wawasan fikih terdiri dari bacaan dan gerakan. Bacaan salat terdiri dari takbiratulihram, doa pembuka (iftitah), bacaan Surah Al-Fatihah, takbir al-intiqal, yakni takbir peralihan dari satu gerakan kepada gerakan lain, bacaan ketika rukuk, bacaan ketika sujud, bacaan ketika duduk di antara dua sujud, bacaan tahiat, dan ucapan salam. Sementara itu, gerakan salat yang pokok adalah berdiri menghadap kiblat, rukuk, sujud, dan duduk.

  • Dimensi Tasawuf dalam Zakat

                Secara bahasa, zakat berarti suci, bersih, tumbuh, dan berkembang. Dengan mengeluarkan zakat, seorang muslim berarti menyucikan harta yang dimi- likinya dari hak fakir miskin sekaligus mengembangkan aset kekayaannya agar bertambah, berkah, dan mendapat rida Allah Swt. Zakat menurut definisi al-Mawardi dalam kitab Al-Hawi adalah istilah untuk pengambilan kadar tertentu dari jenis harta tertentu milik seorang muslim atau muslimah menurut sifat-sifat tertentu untuk diberikan kepada golongan masyarakat tertentu yang berhak menerima zakat atau yang disebut dengan mustahik. Sementara itu. menurut jumhur ulama, zakat adalah kewajiban yang dibebankan kepada setiap muslim, baik laki-laki, perempuan, bahkan anak-anak, berkenaan dengan jenis harta tertentu dengan syarat dan ketentuan yang diatur sedemikian rupa diberikan kepada mustahik zakat, yakni golongan masyarakat yang menerima zakat. Para ulama bersepakat bahwa hukum zakat adalah wajib bagi setiap muslim yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Hal ini dijelaskan pula Jalam QS. Al-Bayyinah (98) 5 yang artinya berbunyi, "Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah Swt dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang harus (benar)."

                Membayarkan zakat, termasuk memberikan infak atau sedekah, secara matematika mengurangi jumlah harta kekayaan yang kita miliki. Namun menurut Allah, berzakat itu menumbuhkembangkan harta. Maksudnya, harta yang dizakatkan bukan berkurang, tetapi bertambah. Bukan bertam bah dalam jumlah, melainkan kualitasnya, yakni bertambah keberkahannya. Keberkahan yang diberikan Allah de dengan mengeluarkan zakat, infak, dan sedekah dapat berupa energi positif yang mengalir kepada para pihak yang terkait dengan zakat, yakni orang yang berzakat (muzaki), harta yang dizakatkan, penerima zakat (mustahik), dan narahubung yang menjadi jembatan antara muzaki dan mustahik Keberkahan.

  • Dimensi Tasawuf dalam Puasa

                Puasa, atau saum (al-shawm) dalam bentuk tunggal dan siam (al-shiyam) dalam bentuk jamak, secara bahasa berarti menahan atau mengendalikan. Dalam istilah agama, puasa adalah menahan atau mengendalikan untuk tidak makan, tidak minum, tidak merokok, dan tidak melakukan hubungan suami istri sejak terbit fajar hingga terbenam matahari yang dilakukan dengan niat ibadah kepada Allah . Perintah puasa kepada kaum muslimin termaktub dalam ayat Al-Qur'an berikut.

                "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah (2): 183)

                Sementara itu, ayat di atas mengandung tiga pesan utama, yaitu ;1) puasa terkait dengan iman 2) puasa sudah diwajibkan kepada umat para nabi terdahulu, dan 3) puasa memiliki tujuan guna membentuk pribadi yang ber takwa. Dengan demikian, iman menjadi landasan keberhasilan seseorang dalam berpuasa. Iman adalah daya, energi, atau tenaga yang mendorong seseorang untuk tahan dan tangguh dalam menjalani puasa dengan berkelas Dengan kekuatan iman, seorang yang berpuasa memasang niat puasa dengan landasan lillah (untuk Allah Swt). Melalui niat lillah, seorang yang berpuasa memiliki motivasi untuk Allah Swt dan memiliki harapan mendapat rida- Nya. Niat demikian akan menghasilkan tiga kondisi, yakni motivasi yang bersifat internal yang muncul dari dalam dirinya, dorongan yang kuat dengan daya yang sempurna, dan kebulatan tekad guna mewujudkan puasa yang berkelas.

  • Dimensi Tasawuf dalam Ibadah Haji

                Pada bagian ini, pembahasan dimensi tasawuf dalam manasik haji difo kuskan pada dimensi tasawuf dalam berihram dari mikat, tawaf, sai, dan wukuf yang dijelaskan sebagai berikut.

  • Berihram dari Mikat

                Rangkaian manasik haji dimulai dengan berihram dari mikat. Dalam pelaksanaan berihram, terkandung nilai-nilai tasawuf dalam bentuk hikmah/ rahasia berihram. Pertama, mandi, wudu, dan berhias merupakan langkah tazkiyat al-nafs guna meraih kesucian dan keindahan lahir batin. Kedua, mandi dan wudu menyadarkan kita bahwa ibadah haji adalah miniatur kematian, yakni menghadap, kembali, dan berjumpa dengan Allah Swt di rumah-Nya (Baitullah) dengan bertamu kepada-Nya. Ketiga, sesudah mati, kita dimandikan, dibersihkan, dikafani, disalatkan, didoakan, dan diantarkan ke kuburan, maka dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah, seluruhnya kita sendiri yang melakukan. Keempat, berihram berarti melatih jiwa merasakan kematian sebelum datang kematian dengan mengendalikan diri dari berbagai dorongan rendah (seksual, marah, dan berdebat). Kelima, berihram dengan memakai dua helai kain kafan melatih jiwa kita agar berserah total kepada Allah Swt seperti mayat yang berserah total kepada orang yang me mandikannya. Keenam, kain ihram dan kain kafan sama-sama putih yang sebenarnya bukan melambangkan warna. Ibadah haji mendidik kita untuk takhalli, melepas warna dan corak hidup, pangkat, jabatan, dan status sosial guna menyadari jati diri kita sebagai hamba Allah Swt. Ketujuh, selama berihram dianjurkan untuk terus bertalbiah agar jiwa kita dekat ber- jumpa dengan Allah dengan ber-takhalli dari identitas, pangkat, dan status sosial. Adapun bunyi kalimat talbiah yaitu sebagai berikut.

                "Aku datang penuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku datang penuhi panggilan- Mu,     aku datang penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Aku datang penuhi            panggilan-Mu. Sejatinya segala puji, nikmat, dan kekuasaan milik-Mu. Tidak ada         sekutu bagi-Mu".

Rahasia Tawaf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun