Mohon tunggu...
Ahmad Khoiron
Ahmad Khoiron Mohon Tunggu... Guru -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Mengalir di Kaca Bis

18 Mei 2017   11:43 Diperbarui: 20 Mei 2017   11:26 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2008

Alya mulai kuliah, dia mulai mengenal kehidupan baru di kampusnya, layaknya mahasiswa baru, Alya masih lugu, tapi karakter "pemberontak" dalam dirinya tidaklah hilang. Selang setahun kemudian, Alya mulai mengenal dunia mode, sebab di kampusnya sendiri Alya mengambil jurusan Tata Busana, yang juga menuntut para mahasiswanya tampil lebih modis. Jadilah Alya dengan rambut yang disemir, sepatu dengan hak tinggi, baju yang press body,  tapi tetap berjilbab.

Alya yang berubah ini, 2 tahun kemudian mengenal laki-laki yang mulai mengisi ruang hatinya, laki-laki yang lebih muda dari Alya ini, biasa dipanggil dengan nama Rafael. Rafael adalah pria dari keluarga pegawai, dan keluarga yang tidak menempatkan masalah-masalah agama tidak pada tempat yang utama. Selain itu, keluarga Rafael adalah keluarga yang tidak berasal dari kalangan pesantren.

"Meski umurku lebih muda darimu, tapi rasa cinta kepadamu yang memenuhi semesta hidupku ini, janganlah engkau biarkan mengambang, biarkanlah rasa cinta ini juga memenuhi semesta mu. Harapannya, kita berdua bisa membangun semesta kita" ungkap Rafael kepada Alya saat sehabis sholat Maghrib di Masjid Jami', saat itu beriringan dengan gemericik air mancur di Alun-Alun Malang.

"Ya... Kita akan membangun semesta kita berdua..." Jawab Alya pendek. Hati yang begitu gembiranya itu, sampai tetesan air matanya membasahi pipinya.

2013

Arak-arakan yang mengantar kelurga kyai Bashar menuju ke rumahnya Bu Suminah, arak-arakan itu ternyata tidak lain bertujuan meminang Alya, untuk dijadikan sebagai menantu dari kyai Bashar.

"Umi... Janganlah engkau jodohkan diriku dengan orang pesantren itu, aku sudah punya dambaan hidupku, biarkanlah aku bersama dengan cintaku, sebab kami sudah membangun pondasi semesta" ungkap Alya dengan penuh tangis.

"Kenapa kau tolak, wahai putriku? Calon pendamping yang mendatangimu ini, dari keluarga baik-baik, jelas nasabnya, sudah mumpuni ilmu agamanya, apa yang engkau ragukan wahai putriku?" Nampak Guratan kecewa Bu Suminah sangatlah jelas.

"Apapun keadaannya, saya akan tetap dengan semesta ku umi...." Jawab Alya keras, sambil menuju ke kamarnya

2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun