Mohon tunggu...
Ahmad Jo Affandy
Ahmad Jo Affandy Mohon Tunggu... -

Menjadikan Dunia Yang Lebih Baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menjadi Relawan Capres Adalah Pembodohan

6 September 2014   04:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:29 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Walaupun pemilu sudah berlalu, tidak salah rasanya saya menyampaikan isi otak dan hati saya ini selama pemilu berlangsung kemarin

Buat kamu yang mungkin waktu pemilu kemarin menjadi relawan suatu capres tertentu, artikel ini saya tulis untuk kamu

Bacalah sampai habis dan persiapkanlah hati kamu yang mulia itu untuk membacanya

Betapa saya tertawa terbahak-bahak sampai menangis karena sedih ketika mendengar ada relawan untuk calon presiden

Sampai-sampai saya menanyakan tentang semua itu, tentang relawan ke teman-teman saya. Apa arti, maksud, dan tujuan pekerjaan tersebut

Jadi menurut saya yang saya tahu dari teman-teman saya, tetapi saya simpulkan saja yaa..

Relawan capres adalah orang yang rela dengan cuma-cuma/gratis tanpa bayaran untuk menolong/membantu dan ikut memenuhi kebutuhan capres tsb tanpa perlu imbalan apapun, kadang bahkan mereka rela mengeluarkan uang pribadinya untuk membantu capres yang mereka dukung, mereka rela menghabiskan uang, tenaga, waktu untuk membantu capres yang mereka idolakan agar terpilih menjadi presiden

Jadi kira-kira seperti itulah kesimpulan dari arti kata relawan capres yang saya dapatkan setelah bertanya kesana kemari

Siapkanlah dirimu wahai relawan capres yang mulia dan yang baik hatinya yang membaca artikel ini

Buka hati kecil kamu yang terdalam itu saya ingin berbicara dengannya

Buka isi otak kamu yang se-uprit itu saya ingin berbicara kepadanya

Saya ingin berkata bahwa kamu(relawan capres) adalah manusia terbego dan tertolol yang pernah saya temui dalam hidup saya, setidaknya sampai saat ini!

Kamu begitu tertipu!

Kamu fanatik! titik.

Mata dan otak kamu sudah buta

Sungguh sejujurnya saya sedih melihat kamu dan saya turut berduka cita untuk kamu!

Untuk apa kamu menjadi relawan capres? mereka (capres) adalah orang-orang tajir, kaya raya bahkan ada wakilnya yang menjadi pengusaha di negeri ini dan ada juga yang mempunyai kuda sampai miliaran harganya. Jadi untuk apa kamu menolongnya bahkan sampai rela menjadi relawan untuknya!

Lebih baik menjadi relawan untuk mereka yang tertimpa musibah, menderita penyakit, penderita kanker, terkena bencana banjir, yang rumahnya digusur, anak jalanan, pengemis dan masih banyak lagi dan mereka semua yang sebenernya adalah yang harusnya kamu bantu!

BUKA OTAK KAMU!

Kalau otak kamu tidak dipakai jual saja di OLX

Sangat teriris hati saya melihat kamu yang begitu semangat dan fanatiknya sehingga rela menjadi relawan untuk orang-orang tajir tsb yang ingin menjadi presiden

Analoginya sama saja kamu menolong orang tajir untuk menjadi semakin tajir dan berkuasa tetapi kamu menutup mata, hati dan otak kamu terhadap mereka yang sedang kesusahan

Saya begitu emosi melihat pekerjaan kamu yang membantu orang yang tidak layak untuk dibantu

Masih banyak diluar sana yang layak untuk dibantu dan memang mereka yang seharusnya kamu bantu bukan orang-orang kaya yang gila kekuasaan tersebut!

Ketika melihat pekerjaan kamu ingin sekali rasanya saya menjedot-jedotkan kepala saya ke tembok dan membunuh diri saya sendiri

Saya tidak habis pikir kamu sampai terbutakan seperti itu

Mereka yang penyandang cacat, buta, tuli, butuh bantuan, tidur di kolong jembatan, jadi gembel, jadi pengemis, daerahnya yang pendidikannya terbelakang, yang hidupnya sengsara tidak mempunyai apa-apa, mungkin mereka sangat sedih melihat kamu yang tidak ada pedulinya terhadap mereka, tidak ada satupun yang menolongnya bahkan yang menjadi relawan pun tidak ada!

Kalaupun ada yang menjadi relawan untuk mereka mungkin jumlahnya juga tidak sebanyak relawan capres tsb

Inilah gambaran dan inilah BUKTI NYATA isi otak orang-orang indonesia yang negaranya antah berantah seperti ini, lebih bersemangat untuk membantu mereka yang padahal mampu! dari pada harus membantu mereka yang sedang melarat

Saya yakin ketika kamu menemui pengemis di pinggir jalan atau di sekitar lampu merah pasti kamu hanya diam saja tidak melakukan apa-apa, kamu hanya menunggu lampu tsb berubah menjadi hijau dan kamu langsung jalan seketika tanpa memperdulikannya atau bahkan mengasihinya uang

Saya tidak menyalahkan kamu dan tidak benci terhadap kamu, karena ya memang itu urusan kamu, terserah kamu mau menjadi apa, itukan hak kamu

Cuma saya begitu sedih saja sama pemikiran kamu yang sedangkal itu

Yang buta, fanatik dan gila terhadap capres-capres tsb

Maafkan saya jika menyakiti dan menghancurkan hati kamu dengan tulisan saya ini

Saya tidak bermaksud menyakiti hati kamu, saya cuma ingin membuka hati kamu

Masih banyak diluar sana yang seharusnya kamu tolong

Jikalau ini adalah bentuk kesalahan dari tindakan kamu

Maka mungkin saya, dan para penyandang kanker, tuna netra, tuli, buta, lumpuh, gembel, pengemis, orang miskin, malarat dll, yang tidak kamu tolong dan perhatikan

Mungkin kita semua sudah memaafkan kamu sepenuh hati

Saya mewakili mereka melalui tulisan ini, karena saya adalah saya sahabat bagi mereka

Saya disini untuk mereka

Doa saya untuk kamu

Semoga kamu menjadi lebih cerdas dalam menolong dan memberikan bantuan, mana yang seharusnya lebih dulu dan layak untuk dibantu dari pada harus membantu mereka yang sudah berkecukupan atau bahkan mungkin berkelebihan

Lihatlah sekeliling kamu, lihatlah lingkungan kamu, lihatlah keluarga kamu dan lihatlah dirimu sendiri

Atau bahkan jangan-jangan dirimu sendirilah yang sebenarnya butuh bantuan dan layak untuk dibantu

Maybe?

Sahabatmu,

Jo Affandy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun