Kebiasaan ngeband, nongkrong, dan ngerokok mulai memengaruhi dirinya. Perhatiannya pada akademik dan semangat belajarnya tampak menurun. Kebiasaan belajar di malam hari yang dulu biasa ia lakukan, kini mulai ditinggalkan. Selain bermain game konsol sambil mendengar musik, malam-malamnya lebih banyak diisi dengan melatih permainan gitarnya. Semua itu seperti membuatnya lupa akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pelajar yang semestinya. Â
......
Berseragam putih biru, keempat orang pelajar itu kompak dan lantang mengawali penampilan mereka dengan bersama-sama melantunkan lirik sebuah lagu tanpa musik.
Shot through the heart
And you're to blame
Darlin' you give love a bad name
Begitu lirik pembuka selesai, suara hentakan drum langsung menggebrak masuk diikuti melodi gitar diiringi raungan distorsi gitar rhythm dan petikan bass. Semua berpadu menjadi satu menghasilkan sebuah aransemen musik dengan nuansa rock yang kental. Para personel tampak berusaha tampil semaksimal mungkin meski merasa sedikit grogi di penampilan pertama itu.
Tepuk tangan meriah dan sorak-sorai ramai terdengar dari para penonton yang semuanya pelajar SMP itu. Mereka tampak antusias menyaksikan band yang sedang beraksi di atas panggung. Sang vokalis beberapa kali terlihat mengacungkan salam tiga jari ke arah audien selama lagu dimainkan. Semua larut dalam kegembiraan dan menikmati pertunjukkan hingga lagu berakhir.
Meski hanya satu lagu, para personel merasa cukup puas dengan penampilan perdana di pensi itu. Setelah penampilan itu, mereka kepengin tampil lagi. Bak candu, keinginan manggung membuat mereka ketagihan. Dari panggung ke panggung mereka lakoni demi pengalaman dan kematangan dalam bermusik.
Semua itu berlangsung langgeng hingga mereka lulus SMP. Namun semua berubah ketika mereka melanjutkan SMA di sekolah yang berbeda-beda. Setelah terpisah-pisah, agak sulit bagi mereka untuk bertemu dan ngumpul bareng seperti dulu lagi. Akibatnya nasib band mereka jadi tidak jelas kelanjutannya.
......
Mama seperti tak sabar menanti ucapan dari wanita yang duduk didepannya. Wanita itu tampak serius memperhatikan deretan angka yang ada di hadapannya sambil sesekali membolak-balik lembaran di buku itu. Ia lalu memperlihatkan lembaran itu ke Mama seraya berkata dengan prihatin.
"Ini hasil belajar anak Ibu semester ini. Dibanding semester pertama, hampir semua nilainya turun. Sangat disayangkan sekali. Sebenarnya ada apa dengan anak Ibu?"
Mama benar-benar tidak menyangka akan hal tersebut. Kondisinya kontras sekali dengan setahun lalu. Saat itu ia menerima rapor anaknya dengan suka ria karena si anak mendapat peringkat kedua. Sesuai janjinnya, ia kemudian menghadiahkan sebuah gitar listrik sesuai permintaan anaknya.