"Tidak ada yang paling ku impikan sejak pertama kali kita bertemu selain selalu berada di sisimu. Sejujurnya aku sudah menaruh hati padamu sejak awal. Namun aku hanya bisa memendam perasaan itu. Aku menyadari betapa lebar jurang pemisah diantara kita. Tapi aku masih hidup dengan mimpi itu hingga hari ini dan aku masih yakin dengan itu. Kini, aku seperti terbangun dari mimpi itu karena tak percaya jika mimpi itu jadi nyata. Julia, izinkan aku menyampaikan dari hatiku yang terdalam bahwa aku mencintaimu dengan penuh ketulusan hati," terangnya.
"Gani, aku bahagia sekali karenamu. Namun, aku mengalami peristiwa berat yang sangat mengguncang diriku. Dan itu yang membuatku begitu bersedih," ucapnya terisak.
"Apa yang terjadi? Ceritakan padaku!" desaknya.
"Ceritaku ini mungkin akan menyakitkanmu. Dan aku tak ingin kau tersakiti," katanya.
"Aku lebih tak rela kau tersakiti. Biarkan aku mengetahuinya. Katakanlah padaku," tukasnya.
Julia lalu menceritakan apa yang menimpanya di hari mengenaskan itu dengan tersedu-sedu.
Gani terdiam, tak mampu berkata apa-apa. Ia tampak terpukul setelah mendengar itu. Dengan suara tercekat, ia lalu bertanya, "Bagaimana dengan orangtuamu? Apakah mereka tahu?"
"Sengaja mereka tidak ku beri tahu. Kalau mereka diberi tahu, aku tidak akan mungkin melihatmu lagi. Besar kemungkinan aku akan dikirim kembali ke Belanda. Karena mereka pasti akan malu karena aku telah dirudapaksa dan hamil akibatnya," ungkapnya haru.
"Gani, apakah cintamu berubah padaku setelah mendengar ceritaku ini?" tanyanya penuh harap.
"Jangan ragukan cintaku padamu! Apapun yang terjadi padamu, sedikitpun tidak akan mengubah cintaku padamu," jawabnya dengan yakin.
"Aku sangat berterima kasih padamu. Kaulah cinta sejatiku. Aku tak ingin berpisah lagi denganmu. Bawalah aku pergi bersamamu!" pintanya memelas.