Dari atas kudanya, Raymond memperhatikan apakah keluarga van Deek sudah berangkat atau belum. Ia ingin memastikan rencananya itu berjalan dengan baik karena ia sudah menunggu kesempatan langka itu dan tidak ingin menggagalkannya. Tak lama berselang, sebuah kereta kuda keluar dari pekarangan rumah van Deek. Ia menyambut dengan suka cita karena sebentar lagi niatnya akan tercapai. Lalu ia buru-buru memacu kudanya.
Mengetahui kedatangan Raymond, Sapto menghampiri dan menyapanya. Raymond malah mencemooh Sapto dan berkata dengan kasar, "Saya tidak ada urusan dengan kamu orang. Pergi sana!"
"Tapi Meester, Meneer Peter dan keluarga sedang tidak ada di rumah," sanggahnya.Â
"Dasar anj**g kampung! Berani-beraninya kamu orang menghalangi saya. Minggir sana!" makinya sambil mendorong tubuh Sapto dengan keras sehingga membuatnya terjerambab ke belakang.Â
Raymond langsung masuk rumah menuju kamar Julia. Ia mendatangi Julia yang sedang sendirian untuk menuntaskan nafsu bejatnya yang sudah dipendamnya sejak pertama kali bertemu. Dengan kondisi lengan yang belum sembuh total, Julia masih melakukan perlawanan. Ia sempat meronta dan menjerit namun Raymond bukanlah tandingan baginya. Julia tak berdaya setelah disekap dan dilumpuhkan Raymond.
Beberapa saat kemudian, Raymond keluar dari rumah lantas buru-buru naik ke kudanya. Sebelum pergi, ia sengaja menghampiri Sapto lalu berkata dengan penuh kebencian dan hinaan.
"Di Aceh, aku telah menghabisi orang-orang sepertimu. Dan sebentar lagi di tanah Batak, aku akan kembali menghabisi orang-orang macam kamu. Yehh!" hardiknya sambil menghela kudanya.Â
........
Pasca peristiwa tragis itu, Julia begitu larut dalam kesedihan yang mendalam. Alih-alih mengungkapnya, ia malah merahasiakannya dari orangtuanya. Ia hanya berpikir si bejat Raymond pasti sudah meninggalkan Batavia dan tak akan mungkin dihukum atas perbuatannya. Sementara ia sendiri sudah tidak bisa hidup normal seperti dulu lagi. Hanya kepedihan dan kekalutan yang ia rasakan.
Di saat seperti itu, ia hanya teringat pada Gani. Seperti tak ada pilihan lain, ia hanya akan mengungkap masalah itu ke Gani. Ia juga ingin Gani tahu tentang isi hatinya. Untuk itu, ia menulis surat yang berisi keinginannya untuk bertemu Gani di sekolah. Surat itu ia titipkan ke Bapak.
Menerima surat itu, Gani begitu bahagia. Dalam suratnya, Julia ingin bertemu dengannya karena ada hal penting yang ingin disampaikan. Gani bertanya-tanya tentang apakah gerangan. Namun keheranannya itu tidak mampu mengalihkan dirinya dari keinginan yang besar untuk bertemu Julia.