Senin itu hari yang tak terlupakan bagi Roy. Setelah pagi ia video call dengan Danu, siangnya berita-berita tv secara serentak ramai-ramai menyiarkan konferensi pers kelanjutan dari kasus penangkapan Danu dan dua orang lainnya. Meski baru saja berbincang dengan Danu, Roy tetap saja cemas saat menyimak berita itu. Namun ia yakin jika dirinya tidak akan terlibat dengan apa yang pernah direncanakan Danu.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Danu dinyatakan bersalah karena telah melakukan suap ke seorang aparatur sipil negara (WPI) dengan barang bukti berupa uang 20 ribu dolar AS dan berkas yang disita dari rumah si ASN. Sementara si  pengusaha (AM), statusnya masih diduga terlibat dimana sejauh ini belum ada barang bukti yang menguatkannya. Meski begitu, ia masih diminta wajib lapor.
Dari berita itu, Roy dapat sedikit bernapas lega sebab dirinya tidak disebut-sebut dalam kasus yang melibatkan Danu tersebut. Namun demikian, kekhawatiran tetap ada mengingat pihak berwenang masih terus melakukan penyelidikan dan pengembangan pada kasus tersebut. Tampaknya ia harus sabar menunggu sampai kasus itu benar-benar selesai di meja hijau.
Mengenali cara kerja Danu, Roy tidak merasa heran dengan fakta yang diungkap ke publik. Jumlah uang yang disebut sama persis dengan yang ia terima. Sementara si pengusaha yang diduga terlibat, belum menyerahkan apapun ke Danu juga sama persis dengan tindak-tanduk pengusaha yang diajak bermain golf waktu itu. Meski Danu yakin dengan modusnya seperti yang dulu pernah ia katakan ke Roy, toh nyatanya terbongkar juga.
Bak kata pepatah sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Serapat dan sekuat apapun kebusukan itu disembunyikan, suatu saat akan ketahuan juga. Entah sudah berapa kali aksi korup yang pernah diperbuat Danu lolos dari jerat hukum. Bak lingkaran setan, praktik korupsi sulit untuk dihentikan sampai pelakunya tertangkap dan diadili di hadapan hukum. Saatnya Danu memetik apa yang sudah ditanamnya selama ini.
Roy menyadari kesalahannya dan kapok sejadi-jadinya. Ia berjanji tidak akan melakukan kebodohan semacam itu lagi yang hanya membuat hidupnya kalang-kabut. Ia tak akan jadi peragu seperti dulu lagi yang hanya membuat dirinya terombang-ambing dalam kegalauan yang tak berujung. Sejak mengalami peristiwa itu, ia seakan terlahir kembali. Ia bersyukur diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan coba memetik hikmah dari peristiwa yang telah dilalui.
Pengalaman mengajarkannya agar selalu ingat keluarga dan kerabatnya setiap kali godaan dan nafsu itu muncul. Coba menyugesti dirinya dengan ungkapan, "Ingatlah! Betapa malunya anak dan istrimu jika ayah atau suaminya seorang koruptor. Atau bagi orangtua dan mertuamu. Betapa malunya jika anak atau menantunya terlibat korupsi. Dan beban moral itu mereka tanggung bukan hanya sesaat tapi seumur hidup."
Meski begitu, pertemanannya dengan Danu akan tetap ia pertahankan walau Danu hampir saja menjerumuskannya ke dalam masalah besar. Ia tidak menyesali pertemuannya dengan Danu. Ia hanya menyesal karena tak kuasa menolak ajakan dan bujukan Danu. Padahal ia tahu perbuatan itu menyalahi akal pikiran dan hati nuraninya. Tampaknya hal itu yang harus benar-benar ia waspadai dan ingat baik-baik tidak hanya saat bergaul dengan Danu tapi juga dengan siapapun di kemudian hari.
(SELESAI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H