dan
Erika Nila Sari
(putri Bapak Roy Arifin dan Ibu Evi Pertiwi)Â
Acara pernikahan itu digelar secara tertutup dan terbatas. Menyikapi kondisi itu, suatu waktu, Roy pernah berseloroh kepada istrinya, "Untung saja ada pandemi. Seolah sesuai dengan keadaan yang menimpa kita sekarang. Ini mungkin yang disebut hikmah dibalik musibah."
Menerapkan prokes ketat, setiap orang terlebih dulu diukur suhu tubuhnya dan wajib memakai masker. Tak lebih dari 30 orang yang hadir di acara itu. Selain keluarga pengantin, penghulu, pegawai KUA, juga terlihat Herdi, Martha, beberapa teman geng Dika, dan undangan pilihan dari Roy dan Evi. Kehadiran Herdi jadi penting karena ia didaulat menjadi wali dari Dika untuk menggantikan bapaknya yang sudah tiada.
Tepat jam 9, akad dimulai. Kedua mempelai yang berpakaian serba putih jadi pusat perhatian para hadirin. Dika tampak sedikit tegang namun ia sudah berlatih sebelumnya. Meski demikian, ia tetap saja grogi di acara sebenarnya. Erika terisak saat Dika mengucap akad dengan mantap. Lalu dinyatakan sah oleh saksi. Perasaan haru tak dapat Erika sembunyikan saat prosesi selanjutnya ia jalani.
Kedua pengantin tampak bahagia dikelilingi orang-orang terkasih dan terdekat. Sinta tampak tak kuat menahan haru sepanjang perhelatan berlangsung. Teringat pada mendiang sang suami. Ia coba kuatkan diri sambil menggenggam tangan Dinda yang berada di sebelahnya. Air mata bahagia tak terbendung menggenangi kedua matanya siratkan ungkapan hatinya yang terdalam.
Tak jauh beda dengan Evi. Sesekali ia mengusap matanya menyaksikan Erika yang sedang berbadan dua menikah dalam kondisi dunia yang masih diselimuti bencana pandemi global. Sebuah pemandangan yang berat dan sulit untuk ia saksikan. Namun itulah yang terbaik baginya. Terucap sebaris doa dalam hatinya semoga rumah tangga sang anak berjalan langgeng dan abadi selamanya.
Acara berlangsung dengan lancar dan khidmat. Tanpa bersalaman, satu per satu tamu undangan memberi ucapan selamat kepada kedua pasangan yang berbahagia lalu meninggalkan tempat. Dengan mengucap syukur, akhirnya seluruh rangkaian acara dapat rampung hanya dalam waktu kurang dari satu jam.
Sebuah lembaran hidup baru telah terbuka. Sebuah jalan baru terbentang luas. Dan sebuah perjalanan hidup baru menjemput takdir telah bergulir.
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H