Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalut (#15)

28 Agustus 2021   10:01 Diperbarui: 28 Agustus 2021   10:02 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu kali pertama Martha ke kamar Tomi setelah ia kembali dari rumah sakit. Setelah mengetuk pintu kamar, Martha lalu masuk. Ia merasa ini waktu yang tepat untuk menyampaikan perihal itu kepada Tomi. Sempat ingin merahasiakannya, Martha berubah pikiran setelah berdiskusi dengan Herdi. Menurut Herdi, Tomi berhak tahu apa yang terjadi pada Erika. Dan ia juga perlu tahu bahwa masalah Erika itu sudah diselesaikan. Tujuannya agar ia bisa tenang dan melanjutkan hidupnya tanpa beban dan bayang-bayang masa lalu.

Wajah Tomi sontak berubah saat Martha bercerita dan menyebut nama Erika. Dengan sepenuh hati, Martha mengatakan, "Mama dan Ayah sudah mengetahui hal itu. Tapi Tomi tidak perlu khawatir lagi. Ayah dan Mama sudah mengatasinya. Yang lalu biarlah berlalu. Saatnya buka lembaran baru. Oke, Tom?"

Mendengar penjelasan Mama itu, Tomi hanya diam dan hanya manggut-manggut saja. Sebelum kecelakaan naas itu, sebenarnya ia sangat ingin persoalan itu segera berakhir. Namun ia sendiri tidak punya solusinya. Kini ia sadar, tragedi yang menimpanya itu, secara tak langsung telah menyelamatkannya sekaligus mengakhiri persoalan itu untuk selamanya.

Martha lalu melanjutkan, "Nah, yang perlu Tomi lakukan saat ini adalah fokus saja pada urusan pemulihan kesehatan dan sekolah. Oh, iya! Mama dengar Tomi mau kuliah di luar negeri, ya?"

"Rencananya gitu, Ma. Tapi tergantung Mama mau ngasih izin atau gak," jawabnya.

Dengan nada bercanda, Martha berujar, "Kalau Mama gak kasih izin, kira-kira kamu ngambek gak?"

Tomi yang tahu Mama sedang bercanda, lantas tersenyum. Martha yang sempat merasa akan kehilangan anak semata wayangnya itu, lalu merangkulnya dengan penuh rasa sayang seorang ibu. Ia merasa bersyukur sang anak sudah sehat kembali dan diberi kesempatan untuk bersama lagi.

.......
Tibalah hari yang dinantikan itu. Sudah selayaknya sebuah pesta dirayakan dengan meriah. Namun yang terjadi sebaliknya. Tak ada keramaian. Tak ada ingar-bingar musik. Tak ada meja-meja prasmanan yang penuh makanan. Tak ada dekorasi dan pelaminan yang gemerlap. Tidak ada yang spesial. Sama sekali bukan seperti sebuah hajatan pernikahan. Maklum semuanya terpaksa mengikuti ketentuan prokes yang diberlakukan karena pandemi.

Di pintu masuk ballroom hotel itu, para tamu disambut sebuah papan bunga tidak terlalu besar memuat nama kedua mempelai yang sedang melangsungkan hajatannya. 

Pernikahan:

Dika Rahardi
(putra Alm. Bapak Purwadi dan Ibu Sinta Kamila)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun