Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalut (#9)

6 Juni 2021   10:01 Diperbarui: 6 Juni 2021   10:09 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat bayangan kelam itu datang, Erika berkata seakan membela diri, "Semua itu terjadi begitu saja. Tidak pernah sedikitpun direncanakan. Tidak sengaja. Itu bukan inginku. Itu bukan maksudku. Tapi aku begitu lemah tak berdaya. Tak kuasa menahan bujuk rayu. Seolah dibawah pengaruh guna-guna mantra cinta. Aku bukan perempuan seperti itu. Aku hanya terlena dan terbuai oleh keadaan. Aku hanyalah korban dari jeratan api asmara yang penuh tipu daya."

Kesal, marah, dan tidak terima bercampur aduk warnai kekalutan dalam dirinya. Terkadang ia kepengin melampiaskan amarah yang meliputi dirinya. Namun ia sendiri tak tahu kepada siapa harus ia timpakan. Apakah Tomi patut dipersalahkan? Tidak. Bagi Erika, Tomi sama seperti dirinya. Mereka berdua hanyalah korban dari keadaan. Lalu, ini salah siapa? Termenung dan tersadar. Hal itu tidak akan mengubah apa-apa. Tidak akan mengembalikan apa yang sudah terjadi. Tidak juga menyelesaikan masalah malah memperumit saja.

Andai bisa memutar waktu kembali ke masa itu, tentu ia akan berpikir ribuan kali melakukannya. Ia benar-benar menyesal dan merasa bersalah. Ia akui dirinya lalai dan abai serta bertindak bodoh dan ceroboh tanpa berpikir panjang. Akan tetapi apa hendak dikata. Semua sudah terjadi. Tidak mungkin terulang lagi.

Namun ia tidak ingin berlarut-larut dalam penyesalan yang tiada berguna. Fighting spirit-nya sebagai seorang pemain basket mengajarkannya untuk tidak mudah menyerah dan putus asa. Betapapun buruknya permainan tim, betapapun banyaknya skor tertinggal, betapapun sulitnya menembus pertahanan lawan, tidak ada kata menyerah, berhenti, dan meninggalkan pertandingan. Berusaha dan berjuang sampai peluit akhir dibunyikan. Itulah yang semestinya dilakukan.

Semangat juang itulah yang tampak memotivasi dirinya untuk terus berjuang sampai titik darah penghabisan. Kini tekadnya kuat sekuat batu karang yang dihempas ombak di tengah samudera luas. Coba bangkit dari keterpurukan, ia menutup rapat chapter tergelap masa lalunya seraya melangkah maju songsong hari esok serta membuktikan pada dunia bahwa dirinya belum berakhir.

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun