Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalut (#9)

6 Juni 2021   10:01 Diperbarui: 6 Juni 2021   10:09 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mama teh hargai niat baik Papa. Tapi dari awal usaha ini dirintis, Mama teh berprinsip gak mau ngerepotin Papa. Sementara ini Mama gak mau berspekulasi dulu. Kita lihat aja nanti," ujarnya pasrah.
......
Bagi Erika, pandemi ini seolah berkah dibalik musibah. Sebelum terjadi pandemi, ia malah bingung memikirkan kelangsungan kuliahnya. Tapi kini ia bersyukur karena bencana ini seperti jadi jalan keluar dari persoalan tersebut. Ia tidak harus repot pergi dan pulang kampus. 

Dengan kondisi fisik yang semakin terbatas geraknya karena berbadan dua, ia masih tetap bisa kuliah dari rumah melalui pembelajaran daring. Setidaknya untuk satu semester ini.

Satu masalah selesai namun masalah besarnya tetap menggantung hingga detik ini. Hal itu yang membuat hatinya masih resah dan gelisah. Beberapa kali ia pernah berniat mengungkapkan rahasia itu ke sang Mama. Namun dengan segera ia urungkan karena ia sendiri belum siap dengan konsekuensi yang akan dihadapi. Apalagi mengetahui kondisi bisnis roti Mama yang sedang porak-poranda akibat pandemi seperti saat ini. Tampaknya niat tersebut tidak akan terwujud.

Diluar sekolah atau kuliah, Erika sibuk menulis blog dengan memanfaatkan platform digital menulis gratis. Hobi itu sudah ia geluti sejak SMP. Baginya, menulis sebuah cara dalam mengekspresikan diri. Tak peduli tulisannya dibaca atau tidak, yang penting menurutnya proses penyaluran minat itu dapat tersampaikan dengan baik.

Ia menulis apa saja yang menurutnya layak ditulis. Terutama tentang dunia anime dan manga yang memang ia gandrungi sejak kecil serta olahraga favoritnya basket. Ia juga suka membuat puisi dan cerpen. Pernah beberapa kali ia menulis tentang isu-isu yang lagi viral dan up to date dari berita yang ia baca atau ikuti. Tentunya dari sudut pandang anak seusianya. Biasanya ia posting satu atau dua tulisan setiap minggu. Tapi kalau lagi mood, bisa lebih banyak dari itu.

Namun, hampir empat bulan terakhir ini, ia cuma menelurkan sebuah puisi dan sebuah cerpen di akun blog miliknya. Kedua tulisan itu pun tidak jauh-jauh dari pengalaman pribadinya. Puisi yang tidak diberi judul itu syarat dengan curahan hatinya yang terdalam. Berisi tentang pergolakan batinnya yang pilu bak teriris sembilu.

Sementara, cerpennya juga terinspirasi dari kisah asmara yang dialaminya. Hanya sekitar dua ribu kata, cerpen itu bercerita tentang sepasang kekasih yang terpaksa berpisah karena suatu perbedaan. Seiring waktu mereka menyadari bahwa perbedaan tersebut bukan untuk dipertentangkan. 

Keduanya berharap kelak bisa bertemu kembali. Hingga suatu ketika akhirnya suratan tangan mempertemukan mereka kembali dan menyatukan keduanya untuk selamanya.

Bak mimpi buruk yang mengganggu tidurnya, Erika kerap teringat kembali peristiwa itu. Saat itu Papa sedang kunjungan kerja ke Anyer. Mama dan Ricko menyusul sorenya karena ada acara family gathering sesama pegawai kantor. Keesokan siangnya Tomi main ke rumah Erika kemudian sorenya mereka pergi keluar cari makan sambil hangout dan baru pulang malamnya.

Malapetaka dimulai sesudahnya. Saat Tomi mau pamit pulang, hujan pun mulai turun. Berangsur sedikit demi sedikit, makin lama makin deras. Berharap segera berhenti, hujan yang ditunggu tidak juga reda malah bertambah awet. Malam pun makin larut seiring gejolak jiwa yang kian menggelegak. Hanya berdua dalam suasana sunyi nan sepi berada di rumah kosong di malam dingin itu, bukan pekerjaan sulit bagi sang makhluk durjana tak kasatmata untuk melancarkan aksinya.

Minggu subuh Tomi buru-buru pulang karena diberi tahu Erika akan kedatangan Ceu Entin, pembantu yang biasa bekerja di rumah. Ia datang setiap pagi untuk melakukan berbagai pekerjaan rumah. Sekitar jam 10an biasanya ia baru pulang setelah seluruh tugasnya selesai. Ceu Entin sudah tahu kalau di rumah hanya ada Erika karena keluarganya yang lain sedang pergi keluar kota. Baginya, sangat tidak mungkin jika ada orang lain di rumah apalagi laki-laki yang numpang bermalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun