........
Di suatu pagi yang cerah, ketika sedang santai membaca majalah, Karina kaget luar biasa. Dia hampir-hampir memuntahkan minuman teh yang baru saja diseruputnya. Napasnya terengah-engah. Tangannya gemetaran. Tatapannya setajam elang yang sedang mengintai mangsanya. Buru-buru dia meletakkan cangkir teh di tatakannya hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.Â
Dia hampir tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Di salah satu bagian majalah itu memberitakan dugaan malpraktek yang dialami seorang bocah laki-laki berumur enam tahun di sebuah rumah sakit. Diberitakan dokter yang menanganinya pada saat ini sedang diperiksa oleh aparat yang berwenang. Yang membuat Karina shock bukan kepalang adalah bahwa dokter itu berinisial DS.Â
Karina berusaha untuk tetap tenang namun dia tidak bisa mengabaikan instingnya bahwa dokter DS itu tidak lain tidak bukan dokter yang menangani Soraya, mendiang putrinya. Karina terdiam sesaat. Tak lama kemudian, dia bergegas mengambil HP yang tergeletak di meja riasnya.Â
Dadanya berdegup kencang. Raut mukanya tegang. Sambil berjalan mondar-mandir di depan jendela kamarnya, dia tampak berbicara dengan seseorang dengan begitu cemas. Hampir-hampir jantungnya berhenti berdetak karena apa yang dia risaukan bisa jadi mendekati kebenaran ketika mendengarkan jawaban dari lawan bicaranya di telepon.Â
Menurut pihak rumah sakit, dokter DS saat ini sedang tidak bertugas karena sedang cuti. Ketika didesak apakah dokter DS saat ini sedang diperiksa terkait kasus malpraktek yang melibatkannya, pihak rumah sakit tidak memberi jawaban yang jelas dan terkesan menutup-nutupi lalu segera mengakhiri pembicaraan dengan cepat.Â
Suasana hening sesaat. Tampak Karina memikirkan sesuatu. Tak lama kemudian, dia menekan sebuah nomor di HP-nya. Namun yang terdengar hanya bunyi beep berulang-ulang. Karina menatap tajam jam dinding di depannya. Pada saat itu hampir menunjukkan pukul 12 siang.Â
"Dia pasti sedang istirahat", gumamnya dalam hati. Karena tidak tenang dan sabar, akhirnya Karina memutuskan untuk pergi mendatangi kantor suaminya yang hanya berselang 30 menitan perjalanan. Entah kenapa lalu lintas pada siang itu agak berbeda dari hari-hari biasanya sehingga membuat suasana hati Karina semakin tidak karuan. Â Dengan kepiawaian berkenderaannya, Karina berhasil lolos dari lubang jarum kemacetan yang terjadi akibat adanya sebuah kecelakaan lalu lintas.Â
Begitu selesai memarkir mobilnya, Karina langsung bergegas menuju front office untuk menyatakan maksud kedatangannya. Sayangnya, Karina hanya bisa tersenyum simpul membalas jawaban si wanita muda yang ditanya karena mengetahui suaminya barusan keluar untuk istirahat dengan seorang klien.Â
Karina sempat tertegun sesaat. Sambil berjalan kembali ke mobilnya, dia berniat menghubungi kembali Randi setelah dia gagal bertemu langsung dengannya. Namun, dia langsung mengurungkan niat itu.Â
Karina berusaha sebisa mungkin untuk tetap tenang. Di perjalanan pulang, dia lewat depan mall yang biasa dia datangi dengan Randi. Akhirnya, dia memutuskan untuk mampir dulu membeli sesuatu sekaligus makan siang.Â