Mohon tunggu...
Ahmad Fazlur Rahman
Ahmad Fazlur Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Psychology Student at Universitas Brawijaya

Hobi melantur, kadang buat cerpen hasil melantur. Kalo gak melantur, ya tidur.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hangat

6 Desember 2024   23:17 Diperbarui: 6 Desember 2024   23:23 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hey, nanti kamu masuk angin, Ola."

Suara itu sejenak membuatku tersentak. Dua tangan dingin merengkuh pinggang dan perutku, memaksaku membeku diam. Sebelum aku bisa membalikkan badan dan wajah, si pemilik suara sudah terlebih dahulu menaruh jalur napasnya di depan telinga kananku, membuatku sedikit geli.

"Your hands are cold," tuturku lirih.

"You might catch a cold, dear," timpalnya.

Aku tertawa kecil. Arah pandangku masih terpaku pada peraduan hujan dan angin di seberang figurku. Andai saja mereka memilih arah laju sebaliknya dari peperangan mereka saat ini, mungkin aku sudah basah kuyup sekarang. Namun, malah hangat, malah panas yang aku rasakan di sisi kanan dan belakang tubuhku.

Figur yang mendekapku memaksa lamunku hancur. Napas hangatnya menyentuh kulit leher dan dadaku. Petir bergemuruh seraya tubuhku berhadapan dengan hal serupa. Dua lengan yang memeluk pinggangku bertambah erat.

"Kamu mau bikin aku remuk ya?"

"Kamu gak perhatiin aku sih," lenguhnya.

Dehaman pelan keluar dari mulutku seraya aku menaruh tanganku pada pucuk kepalanya. Rambut hitam gelamnya senada dengan awan-awan yang sedang murka di luar rumah. Jari jemariku berdansa di atas hutan rambut, sekejap mereka tertidur dan sekejap pula mereka terbangun untuk kembali berlari ke sana kemari.

"Sorry," ucapku sembari mendekatkan wajahku ke telinganya.

Ia hanya membalas dengan senyuman tipis yang berkembang di wajahnya. Jari jemariku melompat, memilih berpindah pada muka kasar yang sedang menutup mata. Pemilik figur itu sempat terkejut, sebelum akhirnya ia malah kembali diam, menikmati setiap gesekan yang aku buat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun