1. Syariat (Hukum)
Tahapan pertama dalam perjalanan menuju manusia sempurna adalah syariat. Syariat merujuk pada hukum-hukum dan aturan-aturan yang mengatur perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari.Â
Dalam konteks agama, syariat mencakup ajaran-ajaran dan praktik yang diatur oleh teks-teks suci, yang memberikan panduan tentang bagaimana seseorang seharusnya bertindak, baik dalam hubungannya dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia.
Pada tahap ini, individu diharapkan untuk mematuhi norma-norma moral dan etika, serta menjalankan ibadah dengan benar. Misalnya, dalam tradisi Islam, syariat mencakup pelaksanaan rukun Islam, seperti sholat, zakat, puasa, dan haji. Bagi individu yang menjalani syariat, fokus utamanya adalah pada tindakan dan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama.Â
Melalui kepatuhan terhadap syariat, individu mulai membangun pondasi moral yang kuat, yang akan mendukung perjalanan spiritual mereka ke tahap-tahap berikutnya.
2. Tarekat (Jalan)
Setelah melewati tahap syariat, individu memasuki tahap tarekat. Tarekat merupakan jalan spiritual yang lebih dalam, di mana seseorang mulai mengeksplorasi praktik-praktik spiritual yang lebih khusus dan intensif. Dalam konteks ini, tarekat bisa mencakup latihan-latihan seperti meditasi, dzikir, atau pengajian yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Pada tahap tarekat, individu mulai memahami bahwa syariat bukan hanya sekadar serangkaian aturan yang harus diikuti, tetapi lebih kepada jalan yang harus dilalui untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan. Di sinilah individu belajar untuk memperdalam penghayatan spiritual, meningkatkan kesadaran, dan menginternalisasi nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
 Tarekat juga mengajarkan pentingnya disiplin dan komitmen dalam menjalani praktik spiritual, serta menyadari bahwa perjalanan spiritual adalah proses yang memerlukan waktu dan usaha.
3. Hakikat (Kebenaran)
Tahapan ketiga adalah hakikat, yang berkaitan dengan pencarian kebenaran dan pemahaman yang lebih dalam mengenai hakikat kehidupan dan keberadaan. Pada tahap ini, individu mulai menggali esensi dari ajaran-ajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan mencari makna yang lebih dalam di balik praktik-praktik spiritual.Â