Mohon tunggu...
Ahmad Faisal
Ahmad Faisal Mohon Tunggu... Penulis - Indonesian Writter

Political Science FISIP Unsoed Alumnus. I like reading, writting, football, and coffee.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Gagasan Anak Muda

26 November 2018   21:32 Diperbarui: 26 November 2018   22:06 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dokpri, taken at Ceto Temple Area, Karanganyar, Jawa Tengah.

Di satu sisi, golput bisa jadi bukan karena memang orang enggan memilih. Bisa jadi juga karena mereka tahu soal politik dan logika politiknya jalan, berpikir logis karena tidak ada aktor politik yang bisa mewakili harapan masyarakat atau jenuh dengan banyaknya politisi dan pejabat publik yang terjerat kasus korupsi.

Sebagian memilih untuk terjun langsung ke dunia politik, baik sebagai anggota partai, mencalonkan diri menjadi anggota legislatif, atau bahkan menjadi calon kepala daerah. 

Dari kesemuanya memiliki proses sendiri-sendiri dalam berpolitik. Mereka berada di dalam ranah politik praktis. Politik praktis adalah dunia yang sangat dinamis. Sebagaimana pengertiannya, seperti kata filsuf politik zaman dulu, tidak ada teman dalam politik, yang ada hanyalah kepentingan. Berkat kepentingan itulah di dunia politik segala hal bisa saja berubah dengan cepat. 

Soal dukung-mendukung, soal pilihan politik, atau pun soal pencalonan. Ada yang benar-benar namanya muncul karena memang mengikuti proses kaderisasi di partai politiknya, memulai segalanya dari tingkat bawah sampai berada pada posisi elit atau memiliki posisi tawar yang tinggi di partai tersebut. Ada juga yang bukan kader tetapi karena modal finansialnya kuat, namanya dengan cepat akan mencuat di partai politik.

Berkaitan dengan anggapan anak muda pada umumnya bahwa politik itu adalah dunia yang membosankan, dunia yang kotor, dan segala macam embel-embel negatif tentang politik, maka ada baiknya kita perlu memiliki cara pandang yang baru tentang politik. Saya rasa, anak muda harus melek politik. Artinya, kita harus minimal tidak acuh terhadap persoalan politik. 

Saya memahami bagaimana membosankannya dunia perpoltikan di Indonesia hari ini. Kebanyakan aktor politik hanya omdo alias omong doang. Banyak bicara tapi tidak ada hasilnya. 

Belum lagi tentang bamyaknya kasus korupsi yang menjerat politisi di seantero negeri, mulai dari di level pusat sampai ke daerah, bahkan mungkin ke desa-desa. Padahal, kalau kita cermati banyak dari politisi yang bermasalah dengan kasus hukum tersebut adalah orang yang berpendidikan. Memiliki gelar akademis yang mentereng, tapi minus keteladanan. Tidak memiliki integritas dan mudah terjerumus oleh hasrat kerakusan yang mengakibatkan dirinya terpantau radar antikorupsi KPK.

Begini saja, dalam perspektif saya politik itu adalah dunia yang memerlukan kebijaksanaan dalam memahaminya. Artinya, kita tidak bisa begitu saja menerima secara mentah informasi atau melakukan cap (negatif) terhadap seseorang atau kelompok orang yang ada di dunia politik. Segala nya masih serba abu-abu.

Maka, menurut saya, anak muda tidak perlu cemas atau ragu untuk belajar politik. Politik adalah ilmu yang luas, begitu pula dengan cara-cara yang bisa digunakan untuk memahaminya juga luas. Tidak harus selalu dengan terjun langsung ke dalam politik praktis. 

Kalau orientasi anak muda masih soal pendapatan, percayalah, bahwa politik praktis adalah ranah yang belum cocok untuk dirambah. Karena di sana ada banyak kondisi yang memungkinkan seseorang akan mengalami pertentangan-pertentangan, baik dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri. Politik praktis adalah jalan pengabdian, maka usahakan ketika seseorang ingin terjun ke dunia politik praktis, hendaknya orang itu sudah selesai dengan dirinya sendiri.

Belajar politik sebenarnya bisa menjadi hal yang menyenangkan selagi kita memiliki pikiran yang positif terlebih dahulu. Jangan buru-buru mencap negatif tentang politik. Kita masih bisa berpolitik dengan politik gagasan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun