Mohon tunggu...
Ahmad Faisal
Ahmad Faisal Mohon Tunggu... Penulis - Indonesian Writter

Political Science FISIP Unsoed Alumnus. I like reading, writting, football, and coffee.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Gagasan Anak Muda

26 November 2018   21:32 Diperbarui: 26 November 2018   22:06 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dokpri, taken at Ceto Temple Area, Karanganyar, Jawa Tengah.

Beberapa waktu terakhir, saya melihat media-media menampilkan sosok-sosok yang bertarung dalam kontestasi politik nasional. Masih banyak orang-orang lama yang terus berkecimpung dan banyak orang-orang baru yang muncul. 

Khususnya dengan rentang usia yang relatif muda. Ini sejalan dengan era sekarang yang katanya millenial banget. Sehingga, tidak hanya politisi muda saja yang memiliki keyakinan dirinya sebagai orang yang mewakili generasi milenial. Yang tua juga tidak mau kalah menjadi orang politik yang kerap menyuarakan keberpihakan pada generasi milenial.

Tapi, kalau ada politisi senior -kalau tidak bisa dibilang tua- terlalu 'sombong' akan kapasitas nya sebagai seorang politisi, sehingga terlalu meremehkan para politisi muda, itu adalah blunder. 

Bisa dibilang orang itu tidak paham sejarah. Sebagaimana kita sebagai orang awam tahu, bahwa kemerdekaan kita adalah berkat banyak kontribusi juga dari para anak muda Indonesia kala itu. Itu pemahaman mainstream- nya kalau berbicara tentang anak muda dan politisi muda. 

Tidak bisa dipungkiri juga, dengan ditunjukkanya Syed Sadiq sebagai Menpora Malaysia di usia 24 tahun itu membuat para perancang rencana untuk kabinet tahun depan, siapapun presiden yang terpilih, kemungkinan juga akan memberikan slot menteri dengan usia di bawah 30 tahun untuk mewakili generasi milenial atau anak muda pada umumnya.

Di bidang apapun, akan ada generation gap antara orang-orang dengan rentang usia muda dengan yang tua. Yang muda kadamg merasa minder dengan pengalaman yang masih minim. Idealisme nya yang masih kuat seakan terus diperjuangakan dan dibicarakan. 

Tidak tahu seberapa konsistennya idealisme itu dijaga. Sebab, kebanyakan kalau orang sudah mulai belajar dari pengalaman di dunia politik, orang akan terlena. Kalau politisi tua, ada banyak yang sesumbar karena merasa sudah banyak pengalaman di dunia politik. Mereka juga terlihat cenderung menjadi orang yang seolah menasihati politisi yang usianya lebih muda. 

Tapi, soal keterlenaan di dunia politik, usia tidak bisa jadi patokan. Yang namanya korupsi sudah menggerogoti mental dan aspek idealisme orang berapa pun usianya, bahkan yang sudah berpengalaman malah lebih rawan untuk terjerumus ke dalam tindakan korupsi dan sejenisnya.

Melek Politik Anak Muda

"Jangan abai terhadap kondisi politik. Sebagian dari kehidupanmu ditentukan oleh proses-proses politik dalam bentuk perumusan sampai pengesahan Undang-Undang. Kalau abai terhadap politik kamu bisa rugi".

Begitu kira-kira suara para tokoh publik mengenai kurangnya atensi anak muda terhadap kondisi politik. Tidak mengherankan memang, karena di setiap penyelenggaraan Pemilu tingkat masyarakat yang tidak memilih (golput) masih banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun