Perkara-perkara yang bisa kita lakukan, yang lebih produktif beberapa diantaranya adalah memfokuskan diri sedang dalam masa perjuangan apa kita hari ini. Misalnya, orang yang sedang berjuang menyusun tesis agar bisa mendapatkan gelar master, tentu lah fokuskan ke tesisnya.
Buat tesis terbaik sebelum menikah. Agar bisa diceritakan dan barangkali bisa untuk bahan cerita kepada isteri dan anak nya kelak. Bagi yang sudah bekerja bersukurlah karena salah satu step kehidupan yang wajib dilalui saat ini sudah kita capai.Â
Tinggal persiapkan kemapanan ekonomi agar kelak bisa mapan berkeluarga. Hal lain yang bisa kita lakukan, misalnya,mengembangkan hobi menjadi sesuatu hal yang produktif, kalau bisa malah justru menghasilkan. Itu akan memiliki nilai positif selagi usia kita berada di dalam tahap krisis seperempat abad. Hobi yang kemudian bisa menghasilkan nilai ekonomi tentu saja akan menyenangkan.Â
Karena A quarter Life Crisis bukan hanya soal perkara menikah saja. Akhirnya, saya mengutip kalimat Sujiwo Tedjo,Â
"Bahwa menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu dapat berencana menikah dengan siapa, tapi tak bisa kamu rencanakan cintamu untuk siapa. Bahwa yang membekas dari lilin bukan leleh nya, melainkan wajahmu sebelum gelap".