Mohon tunggu...
Ahmad Faisal
Ahmad Faisal Mohon Tunggu... Penulis - Indonesian Writter

Political Science FISIP Unsoed Alumnus. I like reading, writting, football, and coffee.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

"A Quarter Life Crisis", Lebih dari Sekadar Perkara Menikah

30 Juli 2018   22:07 Diperbarui: 31 Juli 2018   13:49 1635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang lain di sini bukan selalu soal pacar, bisa teman kuliah/sekolah, teman main, sahabat, rekan kerja, dan lain sebagainya. Sehingga, dengan adanya adaptasi perasaan tersebut, ketika menikah kita tidak terlalu 'baper-an'. Secara positif, nantinya kita akan lebih bisa menjaga dan menghargai perasaan pasangan kita. Isitilah nya, tidak posesif terhadap pasangan. Kira-kira begitu.

Tren menikah muda tidak bisa hanya dilihat dari satu perspektif saja. Orang biasanya hanya melihat dari segi agama seperti yang biasa dilihat di tayangan ustad-ustad kekinian di media sosial. Saya rasa, alasan untuk menghindari zina tidak hanya selesai dengan menikah. Kalau saya tidak salah baca, jika kita belum mampu untuk menikah, hendaklah kita berpuasa. 

Memang urusan yang satu ini kontekstual dan debatable. Tergantung kita melihat dari perspektif mana. Saya tidak melarang dan bukannya tidak setuju dengan orang yang menikah muda. Hanya memberi perspektif lain soal menikah di usia muda. Karena menikah bukan hanya soal faktor biologis, menikah juga soal kehidupan. Maka dari itu, tidak bisa kita generalisir persoalan menikah. Toh, setiap orang juga berbeda-beda dalam merencanakan menikah.

Bagi yang sudah siap secara mental, penghasilan, dan niat, silahkan saja. Khususnya bagi laki-laki yang merasa sudah waktu nya untuk menikah. Bagi perempuan, bersabar jika pasangan yang anda kasihi masih berjuang dalam memperjuangkan Anda. 

Jangan hanya karena teman-teman wanita sudah pada menikah lebih dulu, kemudian jadi menekan pasangan Anda supaya minta cepat-cepat di lamar. Bagi yang jomblo, bersabar adalah cara terbaik sembari menyiapkan segalanya. 

Seperti kata orang kebanyakan, menikah itu tidak mahal, yang mahal adalah gengsi nya. Yang belum punya pasangan tenang saja, karena menjadi menjadi single adalah pilihan, sedangkan jomblo adalah nasib, Kata Ridwan Kamil. 

Gerbang Awal Kemandirian

Ketika memasuki usia 25 tahun, kita akan masuk ke dalam fase kehidupan di mana kita harus mulai bisa mandiri dalam berbagai aspek. Kemandirian ekonomi tentu menjadi hal yang utama karena menjadi modal dalam keberlanjutan kehidupan kita ke depan. 

Setidaknya, kita sudah punya penghasilan dan rutinitas harian dalam mencari nafkah. Perkara besaran penghasilan adalah soal cara pandang tiap orang. Menjadi kaya adalah impian, tapi yang paling penting adalah menjadi bahagia. 

Kalau terlalu ambisius untuk kaya, biasanya orang lupa akan hakikat hidup. Tidak peduli cara apa yang digunakan. Itu tidak baik, bisa-bisa lupa bahwa kita adalah makhluk beragama yang mempunyai Tuhan. Segala sesuatu yang berlebihan tidak baik, bukan? Termasuk ambisi. 

Selain dalam hal ekonomi, kematangan mental juga menjadi sorotan. Banyak orang tua yang sifatnya masih kekanak-kanakan. Ini adalah faktor budaya dan karakter. Setidaknya, kalau sebelum menikah kita sudah matang secara mental, nantinya kita bisa dingin dalam menyikapi masalah yang dihadapi pada saat sudah berkeluarga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun