Logikanya, kita bisa memilih ribuan bahan bacaan selain materi kuantum fisika, benzena nya kimia, sistem politik di pelajaran Pkn, atau macam-macam majas di pelajaran Bahasa Indonesia. Mungkin anak sekolah sekarang juga ada yang membaca buku-buku Gus Dur, Pram, atau novel-novel karya Dee Lestari dan yang lainnya.
Tercetus gagasan, bahwa untuk menjaga keberlangusungan perkembangan literasi Indonesia yang diharapkan akan berubah ke arah yang lebih bagus kedepannya, baiknya ada satu perpustakaan di setiap kecamatan. Namanya perpustakaan akan memberikan fasilitas bacaan yang bisa dibaca on the spot atau bisa dipinjam untuk dibawa pulang dan dibaca di rumah.Â
Jadi, setiap hari senin nantinya anak sekolah akan saling bertanya dengan teman lainnya tentang buku apa yang dibaca weekend kemarin. Kalau zaman old mungkin seminggu sekali orang ramai-ramai ke kecamatan nonton layar tancep, zaman now orang akan ramai-ramai ke perpustakaan kecamatan setiap minggu nya dan bayangkan hasilnya satu dekade kemudian. Selamat membayangkan!